Uji coba peluru kendali untuk kesekiankalinya ini adalah pembangkangan terhadap tekanan dari AS dan sekutu utama Korea Utara, China.
Uji coba peluru kendali ini dilakukan setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson memperingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa kegagalan menghentikan program nuklir dan peluru kendali balistik Korea Utara akan mengantarkan kepada konsekuensi kehancuran.
Para pejabat AS dan Korea Selatan menyimpulkan uji coba itu gagal sehingga untuk keempatkalinya Korea Utara melakukan uji coba peluru kendali yang gagal sejak Maret lalu.
Para pejabat AS menyebut peluru kendali itu kemungkinan besar dari misil jarak menengah yang disebut dengan KN-17 dan tampaknya hancur beberapa menit setelah diluncurkan.
Ketegangan meningkat di Semenanjung Korea yang dipicu oleh keprihatinan terhadap Korea Utara yang menguji coba peluru kendali jarak menengah atau senjata nuklir keenamnya sejak peringatan kelahiran pendiri bangsa itu pada 15 April.
Pemilihan waktu uji coba senjata ini adalah pesan dari Korea Utara kepada dunia, kata Kim Dong-yub, pakar pada Institut Studi Timur Jauh, Universitas Kyungnam, Seoul.
"Uji coba itu dirancang pada waktu yang pelik sekitar akhir latihan gabungan AS-Korea Selatan, omongan AS mengenai opsi militer dan pengumuman kebijakan Korea Utara serta pertemuan di Dewan Keamanan PBB," kata Kim.
Baca juga: (Buntut uji coba rudalKorea Utara, AS ancam percepat sanksi)
Sementara itu, sebagai unjuk kekuatan, AS mengirimkan kapal induk USS Carl Vinson ke Semenanjung Korea di mana di sana armada kapal perang ini akan bergabung dengan USS Michigan, kapal selam bertenaga nuklir yang melepas jangkar di Korea Selatan, Selasa lalu.
Presiden AS Donald Trump dalam wawancara dengan Reuters menyatakan, "konflik amat besar" dengan Korea Utara mungkin saja terjadi karena dipicu oleh program senjata nuklir dan peluru kendali negara itu.
Trump memuji Presiden China Xi Jinping karena telah berusaha sangat keras menekan Pyongyang.
Namun baik China maupun Rusia memperingatkan ancaman Washington kepada Korea Utara pada pertemuan Dewan Keamanan PBB, Jumat.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi menyatakan urusan Korea Utara tidak hanya menjadi urusan China. "Kunci mengatasi masalah nuklir di Semenanjung Korea tidak tergantung kepada tangan pihak China," kata Wang seperti dikutip Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017