Menurut Widodo PhD.Med.Sc, dosen biologi yang juga peneliti di Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Brawijaya, NCS diproduksi menggunakan teknologi sangat sederhana, yakni ekstraksi sisik ikan gabus menjadi kolagen dalam bentuk cairan.
"Ekstraksi tanpa menggunakan bahan kimia akan lebih aman untuk kulit," kata Widodo, Sabtu.
Kolagen itu dibuat menggunakan hasil samping pengolahan ikan gabus, sehingga merupakan produk yang ramah lingkungan sekaligus halal.
Widodo berharap universitas bisa memfasilitasi produksi massal hingga komersialisasinya produk NCS, yang kini dijual dengan harga Rp50.000 per kemasan.
Ia tidak berkeinginan mematenkan produk maupun proses produksi NCS. "Produksinya hanya menggunakan teknologi sederhana saja, sehingga tidak perlu dipatenkan," ucapnya.
Ia mengaku lebih memilih menggunakan rahasia dagang untuk menghadapi persaingan pasar daripada mematenkan produk atau hasil temuannya.
Widodo berharap produk itu bisa menjadi lisensi Universitas Brawijaya, tidak ingin melepasnya perusahaan maupun pelaku usaha.
Selanjutnya dia ingin mencoba meragamkan bahan baku menggunakan sisik ikan kakap, dam meragamkan bentuk produk dengan membuat kapsul dan bahan agen super sehat untuk mencegah penyakit degeneratif.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017