Lantas apa pendapat ketiganya soal status yang mungkin dihindari sebagian orang itu?
Hanung Bramantyo: "Jomblo itu selalu dikonotasikan jelek, nista, hina dan kalau ada tayangan jomblo itu mukanya selalu apes, jelek. Buat saya adalah kebanyakan pasangan itu gagal, itu karena dulunya takut jomblo. Jadi, ketika dia takut jomblo, kemudian dia gegabah, random mencari pacar," ujar dia di Jakarta, Kamis.
"Kalau sudah di atas 30 tahun tetapi belum punya pacar itu kemudian menjadi tuntutan. Buat saya itu adalah satu hal yang justru membuat relasi menjadi tidak sehat. Jomblo itu tetap happy kok. Sekalipun miris, tetap happy lah," sambung Hanung.
Deva Mahendra: "Jomblo adalah sebuah fase. Fase itu pernah saya alami. Kemajuan sebuah perusaaan didukung jomblo-jomblo, mereka yang mau memberikan waktunya untuk perusahaan. Jomblo itu penting, hanya tinggal bagaimana membawa jomblo bisa produktif," tutur Deva.
Richard Kyle: "Jomblo itu lebih asik, daripada punya pacar. (Menyandang status) Jomblo itu engga masalah. Mungkin aku belum ketemu yang spesial dan cocok. Live your life sampai kamu ketemu bidadari," tutur dia "Enaknya (jomblo) aku bebas, kalau aku mau jalan misalnya ke luar negeri atau mencoba hobi baru," kata Richard yang mengaku sudah menyandang status jomblo selama dua tahun itu.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017