...kami melihat rupiah akan terus melanjutkan kemampuannya bertahan (resilient)...
Jakarta (ANTARA News) - Ekonom DBS Group Research Gundy Cahyadi memperkirakan nilai tukar rupiah akan mampu bertahan kendati akan ada penguatan dolar AS sepanjang tahun ini.
"Rupiah tidak akan terhindar dari gelombang penguatan USD (dolar AS), walaupun perlu dicatat bahwa kami melihat rupiah akan terus melanjutkan kemampuannya bertahan (resilient) dibandingkan rata-rata mata uang asing Asia lainnya," ujar Gundy di Jakarta, Selasa.
Gundy menuturkan, untuk sementara ini, pasar keuangan sendiri baru melakukan penetapan atau penyesuaian (pricing in) sebanyak dua kali kenaikan suku bunga The Fed.
Menurut Gundy, penguatan dolar AS akan kembali menjadi tema yang dominan di sepanjang tahun ini.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa pagi sendiri bergerak menjadi Rp13.337 per dolar AS, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.341 per dolar AS.
Realisasi pendapatan dan belanja pemerintah Januari 2017 yang lebih baik, menjadi kabar positif bagi mata uang rupiah.
Data Kementerian Keuangan, pada periode 20 Februari 2017 menyebutkan defisit anggaran tercatat mencapai Rp50,6 triliun atau 0,41 persen dari Produk Domestik Bruto. Realisasi tersebut berasal dari penerimaan negara Rp138,7 triliun atau 7,8 persen dari target, serta belanja negara Rp189,4 triliun atau 9,1 persen dari pagu.
Kendati demikian, potensi dolar AS kembali bergerak menguat cukup terbuka, didorong oleh janji Presiden Donald Trump untuk menaikkan secara signifikan belanja infrastruktur.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017