"Menurut gue, kita enggak bisa lagi main wacana. Tiga-tiganya menurut gue punya wacananya sendiri-sendiri. Enggak bisa kita sebagai pemilih melihat segitu saja," ujar dia kepada ANTARA News di Jakarta beberapa waktu lalu.
"Karisma penting bagi seorang pemimpin. Enggak salah. Bukan berarti orang yang memilih dengan cara itu salah. Akan lebih baik kalau melihat juga sisi yang lain," tutur dia.
Rekam jejak menjadi salah satu pertimbangan Indra dalam memilih cagub dan cawagub di Pilkada yang akan berlangsung serentak pada 15 Februari mendatang.
"Kalau gue selalu lihat juga sisi yang lain. Kayak waktu itu ada pilihan incumbent, kalau memang incumbent tetapi lo lihat kerjanya kurang oke, ngapain lo urusin. Kalau ternyata masih oke dan ternyata lima tahun belum cukup untuk menjalankan semuanya?," papar dia.
"Pada akhirnya kita ini memilih orang yang akan melayani kita. Kerja keras buat kenyaman kita. Jangan kebalik, karena kita ngefans sama dia. Kita enggak memilih idola di sini," sambung Indra.
Kendati sudah menentukan pilihan, namun dia tak ingin mengutarakannya secara terbuka. Karena bagi Indra, layaknya pemilihan Presiden, dalam pemilihan kepala daerah setiap pemilih berhak merahasiakan pilihannya.
"Saya sudah ada yang menurut saya akan saya pilih. Hanya balik lagi itu pilihan pribadi. Gue akan bingung dengan orang yang kemudian bilang ,"Lo harus ngomong dong pilihan lo apa". Eh bukannya pemilu itu LUBER ya? Bebas dan rahasia, itu yang sering dilupain. Itu hak pilih gue," kata dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017