Jakarta (ANTARA News) - Indonesia kekurangan 1.921 dokter spesialis empat dasar dan anestesi di seluruh rumah sakit mulai di perbatasan sampai milik perusahaan BUMN, kata Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kesehatan Kementerian Kesehatan Usman Sumantri.
Usman di Jakarta, Jumat, memaparkan dokter spesialis dasar tersebut antara lain spesialis anak, spesialis obtetri ginekologi, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah.
Selain dokter spesialis empat dasar tersebut juga ada dokter spesialis anestesi dan terapi intensif di 937 rumah sakit di seluruh Indonesia.
Rumah sakit tersebut terdiri dari rumah sakit di daerah perbatasan, rujukan regional, rujukan provinsi, rujukan nasional, rumah sakit kelas C (pemda), kelas D (pemda), kelas A dan B, rumah sakit TNI-Polri, serta rumah sakit milik perusahaan BUMN.
Usman mengatakan tahun ini pemerintah menargetkan akan mengirimkan 1.250 dokter spesialis dasar ke seluruh Indonesia melalui program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang WKDS.
Namun dia mengungkapkan Indonesia masih membutuhkan 4.000 dokter spesialis dari seluruh bidang kedokteran.
Dokter spesialis bedah dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI) Kiki Lukman berpendapat salah satu cara mempercepat peningkatan dokter spesialis di Indonesia ialah dengan pemberian beasiswa untuk melanjutkan program studi kedokteran spesialis.
Dia menjelaskan salah satu faktor tidak banyak dokter melanjutkan spesialis dikarenakan biaya studi yang tidak kecil.
Oleh karena itu dengan banyaknya ketersediaan beasiswa untuk kedokteran spesialis dapat meningkatkan minat dokter umum melanjutkan kedokteran spesialis.
Namun Usman mengemukakan yang menjadi kendala bukanlah jumlah beasiswa yang disediakan, melainkan sedikitnya daya tampung perguruan tinggi yang menyediakan program studi kedokteran spesialis.
Selain itu tes penerimaan juga hanya menghasilkan 30 persen orang yang berhasil lulus seleksi program kedokteran spesialis.
Dia memaparkan beasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Kementerian Kesehatan sendiri akan menghasilkan 6.680 lulusan pada 2017.
Usman menyatakan pemerintah belum berencana untuk meningkatkan anggaran untuk beasiswa PPDS tersebut. "Jangan ditambah wong kemarin saja banyak nggak keserap. Permasalahannya di FK-nya (fakultas kedokteran) tampungnya nggak banyak, kalau kita maunya banyak-banyak produksi," kata dia.
(Baca juga: Insentif wajib kerja dokter spesialis Rp23-30 juta)
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017