Kepadatan pasar terasa sejak dua hari terakhir, karena semua umat Hindu di "Pulau Dewata" mempersiapkan diri menyambut Hari Raya Kuningan, rangkaian Hari Raya Galungan yang bermakna untuk memperingati hari kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (keburukan) yang jatuh pada Sabtu (17/9).
"Ramainya pembeli, tentu semua harga-harga naik, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan ritual, yakni janur dan bunga-bungaan," ujar Ni Wayan Suparmini (35) yang baru datang dari Pasar Pemedilan, Denpasar.
Banyaknya permintaan dalam waktu yang bersamaan, tidak bisa dihindari otomatis harga-harga naik, serangkaian hari raya besar umat Hindu.
Harga janur misalnya, untuk satu ikat kecil yang berisi 30 helai seharga Rp11.000, padahal hari-hari biasanya hanya Rp5.000. Demikian pula harga bunga gemitir, bunga pacar, jepun, dan bunga cempaka semuanya naik.
Harga pisang dan kebutuhan pokok lainnya tidak begitu berubah.
Suasana Kota Denpasar dan sekitarnya sehari menjelang Hari Raya Kuningan cukup sepi, karena perkantoran instansi pemerintah dan swasta libur lokal (fakultatif).
Fakultatif berlangsung selama tiga hari itu terdiri atas Penampahan Kuningan, Jumat, (16/9), Hari Raya Kuningan, Sabtu (17/9), dan Umanis Kuningan, Minggu (18/9).
Perkantoran instansi pemerintah di Bali pada Sabtu dan Minggu libur karena menerapkan lima hari kerja, sehingga otomatis fakultatif itu hanya berlaku satu hari, yakni pada Jumat (16/9).
Demikian pula siswa dari seluruh jenjang pendidikan masih libur selama dua minggu sejak Hari Raya Galungan (5/9) dan baru akan masuk kembali setelah Kuningan (19/9).
Jalan-jalan di sekitar Kota Denpasar dan sekitarnya tampak sepi, jauh berbeda dengan hari-hari biasanya yang diwarnai dengan kemacetan lalu lintas.
Pewarta: I Ketut Sutika
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016