"Indonesia salah satu yang diundang, undangan telah diterima, tapi sampai saat ini kita masih menunggu berita dari Kantor Presiden," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir dalam konferensi pers di Ruang Palapa Kemlu, Jakarta, Kamis.
Pertemuan tingkat tinggi G7 (AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris) akan dihadiri kepala negara/pemerintahan negara-negara tersebut ditambah Presiden Dewan Eropa dan Presiden Komisi Eropa.
Beberapa agenda utama akan dibahas dalam pertemuan tersebut, yakni terkait ekonomi dan perdagangan global, isu-isu luar negeri, perubahan iklim dan energi, pembangunan, kualitas investasi infrastruktur, kesehatan, serta pemberdayaan perempuan.
Menurut Arrmanatha, undangan untuk menghadiri pertemuan G7 menunjukkan posisi dan peran Indonesia diakui sebagai salah satu negara kunci di kawasan, khususnya ASEAN.
Dalam kesempatan yang berbeda, Arrmanatha juga pernah menyampaikan Indonesia senantiasa menunjukkan kepemimpinan di kawasan dengan melakukan berbagai inisiatif, antara lain saat terjadi krisis migran ilegal dari Laut Andaman, Mei 2015 lalu, Indonesia mengajak Malaysia dan Thailand untuk melakukan pertemuan trilateral.
Indonesia juga berhasil mendorong kerja sama maritim di kawasan negara-negara Asia Timur yang di dalamnya termasuk komitmen untuk menjaga stabilitas di Laut China Selatan.
Di bidang ekonomi, Indonesia termasuk dalam kategori negara berkembang dengan pertumbuhan yang stabil di tengah kelesuan global.
IMF telah mengoreksi pertumbuhan dunia dari 3,4 persen menjadi 3,2 persen, namun Indonesia dinilai masih tetap stabil dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 4,8 persen.
Selain Indonesia, Jepang sebagai ketua G7 2016 juga mengundang negara lain, seperti India dan Brasil.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016