Saya enggak apa-apa dikatain presiden gila, presiden sarap, presiden koppig. Enggak apa-apa. Tapi, tapi tidak boleh yang namanya lembaga negara itu dipermainkan

Jakarta (Antara) - Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) marah luar biasa setelah membaca transkrip rekaman yang mencatut namanya terkait pembagian saham PT Freeport.

"Presiden sebenarnya ingin menunggu proses yang berjalan di MKD tetapi ketika sidang yang menghadirkan Setya Novanto justru digelar tertutup beliau marah," kata Teten Masduki di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin malam.

Selain itu, kata dia, setelah Presiden membaca lengkap transkrip rekaman tersebut Presiden Jokowi memang marah luar biasa.

Bahkan, ia menambahkan kalau dibilang presiden gila, "koppig", sudah sering dialami dan Presiden Jokowi tidak pernah menunjukkan kemarahannya. Kata "koppig" berasal dari bahasa Belanda yang berarti keras kepala.

"Tapi karena dicatut namanya dan dikaitkan dengan pembagian saham, Presiden marah luar biasa karena ini menyangkut nilai soal etika soal moralitas soal wibawa pemerintahan ya wibawa negara," katanya.

Namun ia menegaskan Presiden tetap memperhatikan proses di Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

"Dari siang Presiden nahan diri. Dari pagi Presiden sudah membaca," katanya.

Kemarahan Presiden juga dipicu karena sidang MKD yang menghadirkan Ketua DPR RI Setya Novanto digelar tertutup.

Padahal sidang digelar terbuka ketika menghadirkan pihak pengadu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said.

"Itu juga disampaikan Presiden kenapa kemarin waktu Sudirman Said dipanggil, (sidang) terbuka sekarang malah yang diadukan justru tertutup tapi poinnya kemarahan Presiden setelah Presiden membaca lengkap transkrip, Presiden marah luar biasa," katanya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut tak masalah disebut sebagai presiden gila, presiden saraf, hingga presiden "koppig".

"Saya enggak apa-apa dikatain presiden gila, presiden sarap, presiden koppig. Enggak apa-apa," kata Presiden Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Senin malam.

Presiden dengan nada suara bergetar dan tangan gemetar menahan amarah menyatakan hal itu di depan wartawan selepas jumpa pers mendadak terkait Pilkada Serentak.

Menurut dia, proses yang berjalan di MKD memang harus dihormati.

"Tapi, tapi tidak boleh yang namanya lembaga negara itu dipermainkan. Lembaga negara itu bisa kepresidenan, bisa lembaga negara lain," katanya.

Namun ia menegaskan jika sudah menyangkut wibawa dan mencatut namanya untuk meminta saham 11 persen Presiden Jokowi menegaskan hal itu tidak bisa dibenarkan.

"Tapi kalau sudah menyangkut wibawa mencatut meminta saham 11 persen itu saya enggak mau! Enggak bisa!" Katanya.

Hal itu, kata dia, menyangkut masalah kepatutan, kepantasan, dan moralitas.

"Ini masalah kepatutan, kepantasan, moralitas! Itu masalah wibawa negara," katanya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto menyebut sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai seseorang yang "koppig".

Pewarta: Hanni Sofia Soepardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015