Jakarta (ANTARA News) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengatakan pemerintah Singapura seharusnya dapat melihat lebih arif atau bijaksana atas persoalan asap yang mempengaruhi wilayahnya akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia dengan upaya pemerintah untuk mengatasinya.
"Jadi sebetulnya yang ingin saya katakan adalah harus adil juga melihatnya. Perubahannya (Indeks Pencemaran Udara di Singapura) terjadi jam demi jam. Sebentar naik sebentar turun. Itu apa artinya? Artinya kan ada usaha sedang dikerjakan di Indonesia. Kita bukannya diam saja apalagi sampai bilang bahwa pemerintah tidak tahu malu pemerintah tidak bertanggung jawab," katanya katanya usai diskusi pakar "Tata Kelola Ekosistem, Tata Air (Hidrologi) dan Rehabilitasi Paska Kebakaran Ekosistem Gambut", Hotel Grand Kemang, Jakarta, Minggu malam.
Ia mengatakan Indonesia terus-menerus berupaya menangani kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah sehingga kabut asap dapat dikendalikan dan kebakaran hutan tidak berlanjut lagi.
"Yang ingin saya katakan adalah saya harap bisa lebih arif melihatnya karena Indonesia ini kerja keras begitu bukannya diam saja kan. Berapa ribu personel TNI (Tentara Nasioal Indonesia) diturunkan pak presiden, berapa ribu personel polisi dan lain-lain," ujarnya.
Ia mengatakan pihaknya juga terus memantau perkembangan indeks pencemaran udara di Singapura sebagai salah satu tanggung jawab dalam membina hubungan antar negara.
"Jadi sebetulnya kita serius mengatasinya (kebakaran hutan dan lahan)," tuturnya.
Ia mengatakan Singapura mengalami perubahan indeks pencemaran udara yang berubah dalam waktu beberapa jam bukan beberapa hari.
"Saya mengatakan seharusnya lebih adil pak Menteri Luar Negeri Singapura-nya itu melihat kenapa? Kan saya mengikuti terus kualitas udara di Singapura dari jam ke jam," tuturnya.
Ia mengatakan yang dialami Singapura yakni angka indeks pencemaran udara sampai berbahaya, yaitu 300 pada 24 Septmber 2015 tengah malam yang mana Menteri Siti melihat angka 300 sekian sampai kira-kira jam 08.00 pagi tapi setelah itu turun terus,
"Kemarin hari Jumat (25/9) sudah 80-an terus Sabtu (26/9) sudah 60-an. Hari ini tadi siang sudah 70-an," ujarnya.
Ia mengatakan bahwa dirinya mau memahami mengapa pemerintah atau otoritas Singapura seperti Menteri Luar Negeri Singapura bertindak demikian walaupun hanya berkomentar di media sosial, facebook.
Menurutnya, memang kalau otoritas negara seperti pemerintah seperti menteri atau presiden atau siapapun dalam pejabat pemerintah memang mempunyai dua posisi, yakni pejabat pemerintah itu bertanggingjawab secara konstitusional kepada rakyatnya sekaligus dalam posisi sebagai bagian dari negara sebagai anggota dari negara-negara internasional.
"Jadi mungkin dalam konteks dia bertanggung jawab kepada rakyatnya secara konstitusional memang sangat natural (alami) itu dilakukan oleh menteri luar negeri Singapura," ujarnya.
Meskipun demikian, ia mengatakan menteri luar negeri Singapura seharusnya dapat bersikap lebih bijaksana dalam melihat suatu persoalan seperti kabut asap dari Indonesia yang melanda wilayahnya.
"Menurut saya itu tidak fair (adil) begitu ya. Itu seharusnya dipahami karena kan dia kan tidak mengalami posisi berbahaya sampai berhari-hari kan. Dia kan hanya jam sekian sampai jam sekian saya ikuti terus kan karena saya tahu itu sudah menjadi bagian tanggung jawab kita dalam hubungan antar negara," tuturnya.
Sebelumnya, Singapura mengajukan protes ke Indonesia terkait asap kebakaran hutan yang mulai berimbas ke negara tersebut.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015