"Tiongkok maju pertaniannya dan mampu bersaing dengan negara lain karena pendidikan. Ketika ada inovasi baru, kuantitas, kualitas dan efisiensi, sudah tidak harus teriak-teriak para penyuluhnya, petani sudah paham dan langsung menerapkan," kata dia saat menjadi pembicara Konsultasi Regional PDRB se Sumatera di Bengkulu, Kamis.
Sementara, petani di Indonesia pendidikannya masih dianggap jauh tertinggal bahkan banyak yang tidak lulus program belajar sembilan tahun.
"Jika ada inovasi baru, mereka tidak bisa langsung terima, contohnya salah satu jenis padi yang digunakan petani Sumatera Barat misalnya, itu jenis yang dikembangkan sudah lama, dan bagi kita baru," ujarnya.
Setelah membangun sisi pendidikan petani, lanjutnya, baru Indonesia bisa merealisasikan ketahanan pangan, terutama kemampuan untuk mencukupi pangan dari produksi dalam negeri.
Jika dalam negeri sudah mampu mencukupi kebutuhan pangan sendiri, tidak mengimpor bahan pangan dari negara lain, maka Indonesia dapat mengatur kebijakan yang dirumuskan dan ditentukan oleh bangsa sendiri.
"Kita juga akan mampu melindungi dan menyejahterakan pelaku utama pangan terutama petani dan nelayan," katanya.
Dia berharap, Bangsa Indonesia, setidaknya saat memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2016, sudah mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri.
Sementara untuk bersaing dengan hasil pertanian negara lain di ASEAN di MEA, Pakar yang juga merupakan Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan itu masih pesimis, oleh karena tingkat pendidikan petani serta teknologi pertanian negara lain, seperti Thailand atau Vietnam contohnya, sudah bisa menghasilkan hasil pertanian dengan kuantitas tinggi, kualitasnya setara dengan hasil produksi dalam negeri, namun dengan harga jual yang lebih rendah dari harga dalam negeri.
"Dari pertanian dalam negeri, khususnya padi, ada yang perlu menjadi perhatian, seperti pengembangan panen, pascapanen, modernisasi penggilingan padi untuk mengurangi penyusutan atau kehilangan saat proses pengolahan produksi," ujarnya.
Pewarta: Boyke LW
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015