Jakarta (ANTARA News) - Sepekan terakhir ini sejak 19-24 April 2015, perhatian dunia tertuju pada Indonesia, tuan rumah Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA).

Rangkaian peringatan itu diisi dengan pertemuan secara maraton mulai dari pertemuan tingkat pejabat tinggi (SOM), pertemuan para menteri Asia Afrika (Asian African Ministerial Meeting), KTT Bisnis Asia Afrika (AABS), KTT Asia Afrika (Asian African Summit), Konferensi Parlemen Asia Afrika, di Jakarta, hingga puncak Peringatan 60 Tahun KAA berupa napak tilas (historical walks) dan penandatanganan deklarasi di Gedung Merdeka, Bandung.

Salah satu bukti bahwa rangkaian peringatan itu menyedot perhatian dunia adalah ucapan Presiden Rusia Vladimir Putin. Secara khusus, pemimpin negara federasi terluas wilayahnya di dunia itu, menyatakan bahwa kerja sama di antara negara-negara Asia Afrika memainkan peran utama dalam membangun tatanan dunia yang demokratis dan adil (fair).

Kemudian juga memperkuat stabilitas global, melawan kemiskinan dan kelaparan serta memecahkan masalah sosial ekonomi, yang sesuai dengan tema Peringatan 60 Tahun KAA yakni "Mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia (Promoting South-South Cooperation for World Peace and Prosperity).

Disebut kerja sama Selatan-Selatan berangkat dari istilah historis dari para pembuat kebijakan tingkat dunia terkait pertukaran sumber daya, teknologi, dan pengetahuan di antara negara-negara berkembang, yang umumnya berada di benua Asia dan Afrika, atau negara-negara Selatan global.

Rusia yang memiliki luas wilayah 17.075.400 kilometer persegi dan membentang dari timur Eropa hingga utara Asia memastikan melanjutkan kerja sama dengan negara-negara Asia Afrika, termasuk dalam memperkuat perdamaian dan keamanan di seluruh benua.



Pesan Bandung

Salah satu dokumen hasil KTT KAA 2015 adalah Pesan Bandung (Bandung Message). Dokumen itu ditandatangani secara simbolis oleh Presiden Joko Widodo selaku tuan rumah, Presiden Tiongkok XI Jinping mewakili Asia, dan Raja Swaziland Mswati II mewakili Afrika.

Dalam dokumen yang ditandatangani secara simbolis di Gedung Merdeka, Bandung, Jumat (24/4) itu merupakan dokumen hasil KAA yang disepakati para peserta KAA dengan tujuan memperkuat solidaritas dan kerja sama antarnegara-negara Asia dan Afrika di berbagai bidang.

Sebagai salah satu dokumen utama yang diusung Indonesia dalam Peringatan 60 tahun KAA, Bandung Message merupakan pesan visioner hasil rumusan dari negara-negara Asia Afrika.

Pesan itu mengedepankan kerja sama yang baru secara nyata dan revitalisasi penguatan kemitraan Asia Afrika dalam hal solidaritas politik, kerja sama ekonomi, dan hubungan sosial budaya sebagai tiga pilar utama.

KTT KAA 2015 memang menghasilkan tiga dokumen utama yaitu Bandung Message, Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP), dan Deklarasi Palestina.

Pesan Bandung 2015 merupakan dokumen yang berisi visi negara-negara Asia-Afrika yang ingin dicapai, di dalamnya juga terdapat deklarasi tentang Bandung sebagai Kota Hak Asasi Manusia.

Sementara itu, Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) berisi kerangka kerja implementasi dan tindak lanjut Pesan Bandung 2015.

Deklarasi Palestina berisi delapan poin yakni menyampaikan dukungan kepada Palestina untuk meraih kemerdekaan, rasa salut atas perjuangan dan ketabahan Palestina, mendorong solusi dua negara, mengutuk perlakuan Israel sebagai penjajah dan mengutuk serangan Israel.

Deklarasi itu juga mendorong rekonstruksi Gaza, mendorong realisasi aplikasi Palestina sebagai anggota PBB dan mendorong negara-negara di Asia-Afrika yang belum mengakui Palestina sebagai negara untuk segera melakukannya.

Rangkaian Peringatan 60 Tahun KAA ini juga telah menetapkan tanggal 24 April sebagai Hari Asia Afrika, pembentukan Pusat Asia Afrika (Asian African Center) sebagai sarana untuk mengembangkan, merencanakan dan memantau kerja sama antara negara di dua kawasan, serta peresmian Monumen KAA yang berbentuk segitiga, satu sisi tertulis Asia Afrika, sisi sebaliknya tertulis nama-nama negara anggota KAA, dan di sisi lainnya tertulis pesan Presiden I RI Soekarno"let a new Asia and a new Africa be born".

Presiden Myanmar Thein Sein saat berpidato mewakili negara-negara Asia di Gedung Merdeka menyatakan dokumen yang disepakati pada KTT KAA 2015 tidak hanya bermanfaat untuk negara-negara di Asia dan Afrika melainkan pula bagi seluruh seluruh dunia.

Menurut dia, kesepakatan membangun kerja sama tidak hanya diperuntukkan bagi negara di kedua benua saja tetapi harus membuka peluang bagi seluruh dunia untuk ikut berpartisipasi. Sebelum menjalin kerja sama unia, negara-negara Asia dan Afrika membangun kerja sama kawasan terlebih dahulu.


Langkah nyata

Pemerintah Indonesia mengundang pemimpin dari 109 negara serta berbagai organisasi internasional untuk menghadiri rangkaian Peringatan 60 Tahun KAA.

Sebanyak 32 kepala negara-kepala pemerintahan menghadiri pertemuan tersebut serta 86 utusan negara hadir dan membawa pesan bagi peningkatan kerja sama dan perwujudan tata dunia yang lebih adil serta berimbang.

Dari jumlah itu, sebanyak 22 kepala negara-pemerintahan menghadiri hingga berakhir di Bandung, yakni Presiden Joko Widodo, PM Nepal Sushil Koirala, Presiden Madagaskar Hery Rajaonarimampianina, Wapres Zambia Inonge Wina, Wapres Aljazair Jamal Buras, Wapres Liberia Joseph Boakai, Wapres Libya Federica Mogherini, Wapres Filipina Jejomar Binay, Wapres Uganda Edwar Ssekandi, PM Rwanda Anastase Murekezi, Ketua Presidium Rakyat Korea Utara Kim Yong-nam, Presiden Sierra Leone Ernest Bai Koroma.

Selain itu, Presiden Timor Leste Taur Matan Ruak, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe, Raja Swaziland Mswati II, PM Malaysia Najib Tun Razak, Wapres Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Wapres Angola Manuel Vicente, PM Kamboja Hun Sen, Presiden Vietnam Truong Tan Sang, Presiden Myanmar Thein Sein, dan Presiden Tiongkok XI Jinping.

Sementara 10 kepala negara-pemerintahan yang menghadiri rangkaian acara di Jakarta, tidak sampai ke Bandung, adalah Raja Yordania Abdullah II, PM Jepang Shinzo Abe, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Thailand Prayuth Chan-ocha, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, PM Bangladesh Sheikh Hasina Wajed, PM Mesir Ibrahim Mahlab, Presiden Iran Hassan Rouhani, Wakil Presiden Seychelles Danny Faure, dan PM Palestina Rami Hamdallah.

KTT KAA telah berhasil menyusun langkah nyata untuk menindaklanjuti kerja sama konkret yang tercantum dalam deklarasi penguatan kemitraan strategis baru Asia Afrika.

"Sidang telah mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kondisi kehidupan dunia masih tidak seimbang dan jauh dari keadilan dan jauh dari perdamaian. Oleh karena itu, Bandung Spirit masih sangat relevan dan sidang berhasil menyusun langkah nyata untuk menindaklanjuti kerja sama konkret yang tercantum dalam deklarasi penguatan kemitraan strategis baru Asia Afrika," kata Presiden Joko Widodo.

Menurut Presiden, hal tersebut sangat penting mengingat kondisi kehidupan dunia masih tidak seimbang dan jauh dari keadilan serta perdamaian.

Presiden juga mengatakan bahwa KTT Asia Afrika berhasil menyusun kerangka operasional mekanisme pemantauan yang mana para menteri luar negeri diminta untuk melakukan pertemuan setiap dua tahun sekali di sela-sela Sidang Umum PBB di New York.

Selain itu, kesepakatan lain yang dihasilkan adalah pentingnya penguatan kerja sama Selatan-Selatan melalui inisiatif dan program-program pengembangan kapasitas dan kerja sama teknis.

Presiden mengatakan proses perumusan ketiga dokumen tersebut berlangsung secara terbuka dan inklusif yang mencerminkan rasa kepentingan semua pihak yang terlibat dan konsep yang dihasilkan untuk merefleksikan Dasasila Bandung dan pandangan serta kepentingan semua anggota konferensi.

"Konferensi yang telah kita jalani ini merupakan salah satu forum antar pemerintahan terbesar di dunia di luar PBB yang dihadiri oleh negara-negara Asia Afrika dan beberapa pengamat," ujar Presiden.

Indonesia patut bangga atas keberhasilan menggelar KAA pada 18-24 April 1955, Peringatan 50 Tahun (Golden Jubilee) KAA pada 19-24 April 2005, dan Peringatan 60 Tahun KAA. Kini saatnya tatanan dunia baru yang lebih adil dan berimbang.

Oleh Budi Setiawanto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015