Morowali (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin meresmikan peletakan batu pertama Kawasan Industri Morowali Tsingshan di Bahodopi, Sulawesi Tengah, Jumat.
Dalam sambutannya, Menteri Saleh Husin menyampaikan apresiasi terhadap PT Indonesia Morowali Industrial Park beserta group yang telah membangun dan mengembangkan kawasan industri berbasis nikel di lokasi terpencil dan minim infrastruktur.
"Pada tahun 2019, dengan terbangunnya pabrik stainless steel berkapasitas 2 juta ton dan berkembangnya industri-industri hilir lainnya maka diperkirakan Kawasan Industri Morowali Tsingshan akan menyerap 80.000 tenaga kerja," kata Menteri Saleh Husin dalam sambutannya di Morowali, Jumat.
Menteri mengatakan pertumbuhan industri pengolahan migas sampai dengan semester pertama 2014 mencapai 5,49 persen.
"Pertumbuhan ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama sebesar 5,17 persen. Kontribusi sektor industri pengolahan non migas mencapai 20,83 persen dari total PDB nasional, tertinggi dibanding sektor lain," kata Menperin.
Menteri menambahkan pengembangan kawasan industri merupakan upaya mendorong tumbuhnya industri nasional. Pengembangan kawasan industri di daerah merupakan upaya untuk penyebaran industri.
"Diperlukan upaya mendorong agar sektor industri dapat lebih merata dengan pengembangan pusat pertumbuhan industri melalui pembangunan kawasan industri," katanya.
Diharapkan, peran wilayah di luar Pulau Jawa terhadap nilai tambah sektor industri akan terus meningkat dari 28 persen pada 2013 menjadi 40 persen pada 2035.
Kawasan industri Morowali Tsingshan sendiri sudah dimulai dengan pembangunan smelter tahap pertama oleh PT Sulawesi Mining Investment yang merupakan perusahaan patungan Bintang Delapan Group dan investor Tiongkok, Tsingshan Group.
Smelter dibangun di atas lahan seluas 230 hektare dengan kapasitas 300.000 ton dan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 2 kali 65 Mega Watt yang telah memasuki 85 persen tahap penyelesaian dengan perkiraan operasi komersial April 2015.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Sulawesi Mining Investment, Halim Mina menjelaskan pembangunan smelter tahap dua dengan kapasitas 600.000 ton dan PLTU kapasitas 2 kali 150 Mega Watt akan selesai Desember 2015.
"Sedangkan pembangunan smelter tahap tiga dengan kapasitas 300.000 ton dan PLTU kapasitas 300 Mega Watt dan pembangunan industri stainless steel dengan kapasitas 2 juta ton akan selesai 2017," kata Hamid.
Kawasan industri yang merupakan "joint venture" Bintang Delapan Group Indonesia dan Tsingshan Group dari Tiongkok itu merupakan tempat pengolahan berbasis nikel seluas 1.200 hektare dan akan dikembangkan menjadi 2.000 hektare.
Pada pembangunan kawasan industri tahap dua seluas 400 hektare, diperuntukan khusus industri turunan stainless steel untuk sekitar 30-50 perusahaan dan juga akan dikembangkan fasilitas seperti perumahan, hotel, area komersial, rumah sakit dan lain-lain.
"Pembangunan kawasan industri tahap 3 seluas 360 hektare akan dikembangkan selain industri turunan stainless steel juga akan dikembangkan untuk idustri terkaitnya dan perdagangan," kata Halim.
Selain pabrik pengolahan nikel dan stainless steel, di kawasan tersebut juga akan dibangun bandar udara senilai 15 juta Dolar Amerika Serikat, serta pelabuhan bernilai 20 juta Dolar Amerika Serikat.
Di dalam kawasan tersebut kelak hadir pula industri hilir, seperti produsen alat rumah tangga, kapal, furnitur, konstruksi, dan otomotif.
Acara groundbreaking Kawasan Industri Morowali Tsingshan juga dihadiri Direktur Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri Imam Haryono, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Syarifuddin Sudding serta Bupati Morowali Anwar Halid.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014