Nias (ANTARA News) - Panaroma indah daratan, pantai, laut dan langit sungguh memanjakan siapa pun yang akan mendarat di bandar udara Binaka, Gunung Sitoli, Kepulauan Nias.
Lepas landas dari Bandara Internasional Kuala Namu, dari atas pesawat, pengunjung disuguhi rangkaian pegunungan nan hijau, bentangan pesisir pantai berpasir putih dengan air laut kehijauan, serta hamparan laut biru nan luas nun jauh di sana, lengkap dengan awan putih jernih yang jarang sekali terlihat di kota-kota besar.
Jika pengunjung kebagian tempat duduk di samping jendela pesawat, maka dia pasti akan dipuaskan oleh pemandangan indah di bawah sana di Danau Toba mengepung Pulau Samosir nan cantik.
Begitu roda pesawat menyentuh landasan, bangunan berwarna kuning berpadu biru langsung menyapa.
Lalu, Ya'ahowu! (ucapan salam dalam bahasa Nias) Selamat datang di bandara Binaka, Gunung Sitoli, Kepulauan Nias, terbentang, menyapa pengunjung. (Baca: Kisah di balik atraksi "uang seribu")
Bandara ini sendiri, kata Syaifullah (45), warga asli Nias sekaligus pemandu wisata, mulai dibangun pada 1970-an.
"Pemandangannya indah karena bandaranya memang dibangun di pesisir pantai. Bandaranya sendiri baru direnovasi setelah gempa tahun 2005 dan hanya untuk pesawat-pesawat kecil," kata dia.
Selain jalur udara, jalur kapal juga menjadi jalur alternatif menuju Gunung Sitoli, pintu gerbang Pulau Nias.
"Dari Medan naik perjalanan darat 10 jam ke Sibolga, kemudian menyeberang 11 jam ke Gunung Sitoli," kata Syaifullah.
Dari keterangan Syaifullah, perlu sehari semalam untuk mencapai Nias, namun pengunjung tidak perlu khawatir karena perjalanan udara ke Gunung Sitoli hanya memakan waktu satu jam.
Ada bonusnya pula, menatap keindahan alamnya dari angkasa, hal yang tak bisa dinikmati dari darat. (Baca: Batu akik Nias berciri khas motif)
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014