Mekanisme subsidi BBM harus dibuat lebih sehat,"
Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan bahwa pengelolaan bahan bakar minyak bersubsidi masih menjadi kendala pertumbuhan ekonomi nasional.

"Mekanisme subsidi BBM harus dibuat lebih sehat," ujar Mirza Adityaswara di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, pengelolaaan BBM subsidi selama ini menimbulkan beberapa kendala yakni meningkatnya defisit anggaran yang ditetapkan dalam APBN. Defisit anggaran mengalami revisi menjadi 2,4 persen terhadap PDB dari sebelumnya sebesar 1,69 persen dalam APBN-Perubahan 2014.

Ia mengatakan bahwa subsidi BBM yang besar akan terus membebani impor sementara ekspor cenderung turun sehingga mengganggu kinerja neraca transaksi berjalan Indonesia.

Ia mengakui bahwa pengurangan angka subsidi BBM dapat memicu terjadinya kenaikan inflasi. Namun, jika pengelolaan subsidi baik, maka kenaikan inflasi hanya bersifat sementara.

Selain itu, lanjut Mirza Adityaswara, meningkatnya defisit karena BBM juga dapat menghambat pembangunan infrastruktur di dalam negeri.

"Kalau dana subsidi BBM dikurangi, bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur. Kalau subsidi BBM masih besar, nanti tahun berikutnya akan muncul problem yang sama," ucapnya.

Ia mengemukakan bahwa jika subsidi BBM tidak dikurangi maka ada cara lain yang dapat digunakan pemerintah. Misalnya, dengan membatasi jumlah subsidi, seperti subsidi fix sebesar Rp2.000, yaitu terdapat selisih sebesar Rp2.000 dengan harga BBM nonsubsidi.

(KR-ZMF/N002)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014