Manila (ANTARA News) - Militer Filipina mengatakan, Rabu, salah satu tokoh militan Asia Tenggara masih hidup, dua tahun lebih setelah militer menyatakan ia tewas dalam serangan udara yang dipimpin AS.
Zulkifli bin Abdul Hir alias Marwan, pembuat bom asal Malaysia yang oleh pemerintah AS kepalanya dihargai 5 juta dolar, masih berada di wilayah selatan Filipina, kata perwira militer senior Filipina.
"Dia masih hidup dan kami terus memantaunya," kata Letkol Ramon Zagala kepada AFP.
Kepala militer Filipina pada Februari 2012 mengatakan bahwa Zulkifli merupakan satu diantara 15 anggota Abu Sayyaf dan Jemaah Islamiyah, organisasi yang terkait dengan Al Qaida, yang tewas dalam serangan udara di Pulau Jolo, wilayah selatan Filipina.
Zulkifli merupakan pakar peracik bom dan pemimpin senior Jemaah Islamiyah yang mulai bersembunyi di selatan Filipina sejak 2003.
Pada 2007 pemerintah AS menawarkan hadiah 5 juta dolar bagi siapapun yang bisa menangkapnya, sehingga menjadikannya sebagai orang paling dicari oleh Amerika Serikat.
Anggota Jemaah Islamiyah lainnya, warga Singapura Mohammad Ali alias Muawiyah, juga dinyatakan tewas dalam serangan udara itu bersama seorang pemimpin warga Filipina Abu Sayyaf.
"Ini adalah kemenangan besar. Ada tiga pemimpin senior (tewas). Ini akan berpengaruh besar dalam kemampuan teroris," kata komandan wilayah militer saat itu Mayjen Noel Coballes.
Tak lama berselang, Malaysia menyatakan keraguan mengenai terbunuhnya ketiga tokoh itu, namun jurubicara militer Filipina saat itu bersikeras bahwa ketiganya telah tewas.
"Ya, ini (informasi) A-1. Kami mendapatkan sesuatu namun tidak bisa membuka semua informasi karena operasi ini (rahasia)," kata pendahulu Zagala, Arnulfo Burgos saat itu.
Meski demikian Zagala pada Rabu bersikeras bahwa militer Filipina tidak pernah menyatakan bahwa Zulkifli benar-benar terbunuh.
"Ada laporan yang mengatakan bahwa ia mati tetapi itu tidak pernah divalidasi... kami tidak pernah menginformasikan ia sudah mati," katanya kepada AFP.
Zagala menolak menjawab pertanyaan lebih lanjut mengenai kasus itu, termasuk ketika ditanya apakah dua tokoh militan lainnya juga masih hidup.
Kepala intelijen militer Mayjen Eduardo Ano mengatakan ada "laporan konsisten" bahwa Zulkifli ada di kawasan bergejolak Cotabato di pulau Mindanao.
Ia mengatakan Zulkifli diduga berkomunikasi dengan Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF), kelompok militan yang memperjuangkan berdirinya wilayah Muslim di selatan.
Ia mengatakan terdapat 10 hingga 12 warga asing anggota Jemaah Islamiyah di selatan Filipina, dan bahwa Zulkifli merupakan tokoh paling menonjol diantara mereka.
Abu Sayyaf dituding bertanggung jawab atas serangan teroris terburuk di Filipina, termasuk pengeboman kapal feri di Manila yang menewaskan lebih dari 100 orang.
mereka juga dituduh melakukan puluhan penculikan di kawasan terpencil di selatan yang dihuni oleh penduduk Muslim.
Jemaah Islamiyah berniat mendirikan negara Islam di Asia Tenggara.
Organisasi itu dituduh melakukan berbagai serangan mematikan di kawasan tersebut, termasuk pengeboman kawasan turis di Bali, Indonesia pada 2002 yang menewaskan 202 orang, 88 diantaranya warga Australia.
Pada saat dilakukannya serangan udara, sekitar 600 pasukan khusus AS ditempatkan di selatan Filipina untuk membantu melatih tentara lokal memerangi militan Islam.
Militer Filipina mengatakan bahwa mereka melancarkan serangan udara dengan bantuan intelijen AS.
(S022)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014