Kita berusaha untuk mengendalikan harga secara menyeluruh...
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan harga kebutuhan pokok di Indonesia khususnya menjelang bulan Ramadan masih berada di kondisi yang stabil dan tidak banyak mengalami kenaikan, bahkan beberapa komoditas mengalami penurunan harga.
"Kita berusaha untuk mengendalikan harga secara menyeluruh, untuk memastikan kegiatan beribadah masyarakat pada bulan Ramadan tidak terganggu akibat adanya kenaikan harga kebutuhan pokok," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi saat berdiskusi dengan wartawan, di Jakarta, Kamis.
Bayu menjelaskan beberapa harga kebutuhan pokok seperti beras, saat ini cenderung mengalami penurunan sebesar 0,62 persen, diikuti juga dengan gula pasir sebesar 0,06 persen, minyak goreng sebesar 2,22 persen dan juga daging sapi sebesar 1,2 persen.
Selain itu, lanjut Bayu, cabai merah juga mengalami penurunan harga sebesar 10,3 persen, bawang putih juga mengalami kecenderungan yang sama sebesar 3,9 persen, namun untuk bawang merah mengalami sedikit kenaikan sebesar 1,8 persen.
"Sementara untuk tepung terigu mengalami kenaikan 0,09 persen, praktis kondisi masih stabil karena kenaikan di bawah satu persen," ujar Bayu.
Dalam upaya menstabilkan harga, untuk daging ayam dan telur ayam saat ini masing-masing mengalami kenaikan sebesar 8 dan 5,7 persen yang diharapkan pada saat memasuki bulan Ramadan tidak akan mengalami lonjakan harga yang signifikan.
"Daging ayam memang ada kenaikan, kita beri ruang untuk kenaikan agar pada bulan Juli 2014 tidak mengalami kenaikan terlalu tinggi, begitu juga dengan telur ayam. Jika tidak ada langkah kebijakan nantinya akan mengalami lonjakan yang cukup tinggi," kata Bayu.
Secara garis besar, menurut Bayu, kenaikan harga untuk bahan pokok diperkirakan berada pada kisaran 4--11 persen yang diprediksi terjadi pada waktu satu bulan sebelum memasuki bulan Ramadan dan juga dalam bulan Ramadan itu sendiri.
"Sementara pada Ramadhan hingga satu minggu setelahnya, kenaikan harga hanya berkisar 1--3,5 persen. Jadi peningkatan konsumsi bukan pada Idul Fitri, namun pada bulan Ramadan, dan kondisi tersebut menjadi acuan kita untuk mengambil langkah antisipasi," ujar Bayu.
Sementara dalam upaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya dalam bulan Ramadan tersebut, Bayu menyatakan bahwa pihaknya melakukan koordinasi dengan para pengusaha ritel untuk mengetahui kesiapan mereka dalam menghadapi kondisi itu.
"Sementara untuk kebutuhan pokok seperti hortikultura, telur ayam dan lainnya harus dipasok segar dari sentra produksi, dan distribusi inilah yang menentukan ketersediaan untuk daerah konsumsi," kata Bayu.
Menurut Bayu, yang harus dicermati adalah adanya pergeseran sentra konsumsi dari Jakarta ke beberapa wilayah di Indonesia.
"Tingkat konsumsi yang akan bertambah justru di daerah-daerah, hal tersebut merupakan pola yang berlaku dalam waktu satu bulan dan harus diantisipasi dengan distribusi, kami akan diskusikan dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pekerjaan Umum," ujar Bayu.
(V003)
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014