Pekanbaru (ANTARA News) - Otoritas Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru mengaku 10 maskapai penerbangan yang ingin melakukan pendaratan dan lepas landas kembali terganggu akibat kabut asap, dengan maksimal jarak pandang menjadi hanya 400 meter.
"Tadi pagi itu operasional maskapai penerbangan normal dengan jarak pandang sekitar enam kilo meter. Namun, pada sore hari sekitar jam 6.00 wib ada 10 maskapai menunda lepas landas maupun mendarat," ujar Airport Duty Manager Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Baiquni di Pekanbaru, Senin.
Kesepuluh maskapai penerbangan tersebut, lanjutnya, diantaranya pesawat Tigerair Mandala dengan rute Jogjakarta-Pekanbaru yang terpaksa mengalihkan pendaratan ke Bandara Internasional Changi, Singapura.
Lalu maskapai Batik Air dengan rute Jakarta-Pekanbaru yang terpaksa mengalihkan pendaratan ke Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Sedangkan untuk Garuda Indonesia dan Citilink, dimana kedua maskapai itu sama-sama memiliki rute Pekanbaru-Jakarta terpaksa menunda keberangkatan.
"Untuk yang enam pesawat, masih muter-muter di atas. Soalnya jarak pandang pada menjelang petang kembali turun menjadi 800 meter, kamudian 600 meter dan tidak berapa lama kemudian, menjadi hanya 400 meter," katanya.
"Sedangkan jarak pandang normal itu berada di atas minimal 1.000 meter untuk melakukan lepas landas dan 1200 meter untuk melakukan pendaratan di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru," ucap Baiquni.
Seperti diketahui pada Jumat (28/2), sedikitnya ada tujuh rute penerbangan dari beberapa perusahaan maskapai tujuan ke Pekanbaru terpaksa menunda pendaratan. Kemudian pada Sabtu (1/3), ada 24 rute yang melakukan penundaan keberangkatan dari bandara asal menuju Pekanbaru.
Maskapai penerbangan yang beroperasi di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru pekan lalu mengaku menderita kerugian karena kabut asap pekat yang dinilai sangat menganggu jarak pandang dan bisa menimbulkan kecelakaan penerbangan.
"Kalau rugi sih akibat kabut asap, pastinya rugilah. Tapi tidak bisa aku sebutin satu persatu kerugian dalam bentuk apa aja serta besarnya," ujar Area Sales Manager Sumatera Bagian Tengah Lion Air, Novianti Masriani Harahap.
General Manager Garuda Indonesia Branch Office Pekanbaru Suyatno Rifat mengaku kabut asap pekat yang terjadi di Pekanbaru sudah kejadian luar bisa akibat kebakaran hutan dan lahan di Riau yang harus ditangani serius oleh pemerintah.
"Maskapai tidak bisa melawan alam. Namun kita beharap asap bisa segera diatasi. Yang jelas kalau cuaca penuh dengan asap, maka tentunya menganggu dunia penerbangan baik Garuda sendiri maupun maskapai yang lain," katanya. (*)
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014