Jakarta (ANTARA News) - Tigapuluh delapan finalis Puteri Indonesia 2014 akan mengenakan gaun bernuansa Sumatera karya para desainer lokal, sesuai tema ajang itu tahun ini "Pesona Sumatera".

Balutan kain Sumatera mulai dari Aceh hingga Lampung berwujud gaun ini akan dipadukan dengan koreografi arahan Panca selaku art director.

Pada acara pembukaan, finalis akan menggunakan karya Raden Sirait dan gaun malam karya Anas Khairunnaz dengan tema "Blessing Musi" yaitu kekayaan alam sungai Musi yang subur dengan latar belakang kerajaan Sriwijaya yang berjaya pada masanya.

Gaun malam ini akan didominasi warna kuning dan oranye yang berasal dari keindahan panorama Musi dikala senja, lalu elemen silver dan emas (gold) di bagian atas gaun.

Pada gaun akan disematkan kain songket dan Soko yang terinspirasi dari keindahan alam bawah laut Indonesia yang menggunakan warna-warna coral seperti merah muda, oranye dan hijau serta permainan bunga-bunga tiga dimensi yang dipadankan dengan layer-layer .

Saat wawancara sepuluh besar, finalis akan mengenakan gaun panjang dari bahan tapis Lampung karya Didiet Maulana dengan tema "Eksotika Swarna Dwipa".

Lalu pada saat wawancara lima besar, para finalis akan menggunakan busana kebaya nasional karya Ferry Sunarto dengan tema "Enchanted of Sumatera".

Kebaya ini diwujudkan dalam nuansa kain yang melayang ringan bermotif brokat/lace yang disandingkan dengan aneka songket Sumatera. Kebaya juga akan ditaburi kristal dan mutiara.

Sebagai pelengkap, finalis akan mengenakan sepatu dan aksesoris bertema Pesona Sumatera. Perhiasan Sumatra terkenal dengan gaya desainnya yang mewah, cantik serta sarat filosofi.

Pengaruh yang tampak pada perhiasan Sumatra antara lain adalah pengaruh Hindu Budha ; yaitu pada adanya pola hias teratai/lotus yang melambangkan transformasi dan kesempurnaan.

Kemudian bentuk-bentuk lain yang sering ditemukan adalah bentuk binatang mitos seperti makara - yang melambangkan mahluk air , serta paduan antara singa dan naga yang digunakan sebagai lambang perlindungan.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014