Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menilai pergerakan kurs rupiah akan cenderung stabil setelah publikasi data ekonomi domestik seperti inflasi dan neraca perdagangan Indonesia dinilai cukup positif oleh pelaku pasar uang.
Menurut data Badan Pusat Statistik, inflasi selama November 2013 sebesar 0,12 persen dan tingkat inflasi periode Januari-November 2013 sebesar 7,79 persen.
Sementara neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus 42,4 juta dolar AS pada Oktober 2013.
Namun Reza memperkirakan, sentimen itu hanya bersifat jangka pendek.
Pelaku pasar uang, lanjut dia, masih menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) The Federal Reserve Amerika Serikat pekan depan.
"Jika ekspektasinya positif maka rupiah akan terjaga di bawah level Rp12.000 per dolar AS," katanya.
Analis pasar uang Bank Himpunan Saudara Ruly Nova mengatakan, pergerakan nilai tukar masih akan dibayangi oleh sentimen dari rencana pengurangan stimulus The Federal Reserve Amerika Serikat.
"Sentimen ke depan akan kembali lagi ke eksternal yakni kebijakan bank sentral AS (the Fed) yang merencanakan untuk memangkas stimulus keuangannya. Fluktuasi rupiah diperkirakan terus terjadi, hal itu dikarenakan belum adanya kepastian the Fed," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013