"Awalnya para napi itu melakukan demo terkait dengan kebijakan yang saya keluarkan, yakni memisahkan napi tindak pidana korupsi dan pidana umum, menyusul ditemukan pada Blok D-3 tahanan perkara korupsi bercampur dengan pidana umum, seharusnya itu tidak boleh," kata Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Rajabasa Surianto di Bandarlampung, Jumat.
Dia menyatakan bahwa blok tersebut khusus untuk perkara tindak pidana korupsi (tipikor), bukan untuk pidana umum, sehingga pada hari Jumat (11/10) rencananya dipindahkan sebanyak 16 napi umum dari blok tipikor.
Namun, lanjut dia, sebanyak 900 napi hari ini justru melakukan aksi demo dengan merusak pintu dan melempari batu ke arah petugas lembaga pemasyarakatan (lapas). Akibatnya, kaca jendela lantai dua pecah.
Keributan itu sempat membuat panik para pengunjung Lapas Rajabasa. Akan tetapi, akhirnya semua itu dapat diatasi oleh petugas terkait dibantu pihak kepolisian.
"Sebenarnya kebijakan saya itu sudah lama dan itu memang prosedur yang sesuai dengan aturan dari Kementerian Hukum dan HAM. Akan tetapi, mungkin karena para napi itu merasa terganggu sehingga mereka protes. Padahal, tuntutan mereka juga tidak beralasan, mengingat tuntutan itu sudah kami laksanakan semua," katanya pula.
Terkait dengan tudingan bahwa kebijakan yang diambil KPLP Rajabasa itu dianggap semena-mena, Surianto mengatakan bahwa dirinya hanya melaksanakan tugas sesuai dengan aturan Kementerian Hukum dan HAM.
Dalam aksi protes para napi itu, antara lain menuntut lima hal, yakni KPLP Rajabasa harus dipindahkan karena dianggap semena-mena.
Tuntutan kedua, pengunjung yang besuk dibolehkan membawa makanan.
Ketiga, tidak ada blok tipikor dan semua blok sama, keempat warga Blok D-3 kembali ke asal, dan kelima boleh menikah di dalam Lapas Rajabasa.
"Dalam tuntutan tersebut, jelas mengada-ada, mengingat semua yang berjalan selama ini di Lapas Rajabasa sudah sesuai dengan aturan yang berlaku," kata Surianto lagi.
Ia mengemukakan bahwa tiap pekan pihaknya selalu melakukan razia, bahkan para napi pun ditertibkan setiap kali mengadakan inspeksi mendadak.
Menurut dia, terkait dengan tuntutan masalah blok itu, pihaknya akan tetap memisahkan blok untuk napi kasus korupsi dan pidana umum.
"Ini dilakukan karena dikhawatirkan akan terjadi saling peras bila napi korupsi disatukan dengan napi pidana umum. Para napi korupsi dikhawatirkan akan menjadi korban pemerasan oleh para napi pidana umum," kata dia pula.
Dia menyatakan bahwa keributan di Lapas Rajabasa itu hanya terjadi sekitar 20 menit.
Ia mengaku bahwa pada saat kejadian dirinya juga kaget mengingat saat itu ingin melaksanakan salat.
"Saya kaget dan ingin keluar melihat keadaan, tetapi dibawa ke dalam oleh kawan-kawan karena ratusan napi hendak melempari saya dengan batu. Kejadian tersebut hanya 20 menit dan berada di lapangan upacara," katanya lagi.
Sementara itu, Kapolresta Bandarlampung Kombes Dwi Irianto membenarkan di Lapas Rajabasa itu sempat terjadi keributan.
"Tidak begitu lama, semuanya dapat dikendalikan kembali oleh keamanan lapas dibantu oleh personel Sabhara Polresta Bandarlampung. Kami hanya membantu pengamanan saja sebanyak tiga kompi personel Sabhara diturunkan untuk pengamanan hingga keadaan kembali kondusif," katanya lagi.
Dalam insiden itu, kata dia, semuanya berlangsung cepat dan kondusif mengingat pihak lapas langsung cepat mengabarkan kepada Polresta Bandarlampung ketika kondisi napi mulai memanas sehingga keributan tidak sampai meluas.
Dalam kejadian tersebut, tidak ada korban luka-luka maupun cedera, hanya terdapat kaca yang pecah dan sebuah pintu rusak, kata Kapolresta pula.
B014/D007)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013