Tekanan di pasar keuangan, termasuk nilai tukar rupiah, masih berlanjut hari ini karena faktor global, yaitu isu tappering (pengurangan stimulus moneter) oleh the Fed, dan faktor domestik, khususnya defisit transaksi berjalan,"

Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menyatakan faktor global dan faktor domestik masih menjadi penyebab tertekannya nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir.

"Tekanan di pasar keuangan, termasuk nilai tukar rupiah, masih berlanjut hari ini karena faktor global, yaitu isu tappering (pengurangan stimulus moneter) oleh the Fed, dan faktor domestik, khususnya defisit transaksi berjalan," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Selasa.

Namun Perry menegaskan, BI akan terus berada di pasar valas untuk melakukan intervensi dalam rangka menstabilkan nilai tukar rupiah.

Selain melakukan intervensi, lanjutnya, BI juga melakukan pembelian surat berharga negara (SBN).

"Dalam dua hari ini kami beli SBN sekitar Rp2,6 triliun," tutur Perry.

Dengan demikian, selama 2013, BI telah melakukan pembelian SBN sebanyak Rp31 triliun.

"Kami juga terus koordinasi dengan Pemerintah dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk stabilkan pasar keuangan kita," ujar Perry.

Berdasarkan kurs referensi JISDOR (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) per 20 Agustus 2013, nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan menjadi Rp10.504 per dolar AS, dibandingkan kurs pada hari sebelumnya sebesar Rp10.451 per dolar AS.
(C005/B012)

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013