Rencana mengungsi ini terutama sekali bagi keluarga yang memiliki anak bayi dan balita, tentu saja dengan kondisi asap yang tak kunjung menghilang ini menimbulkan kekuatiran akan kesehatan buah hatinya.
"Katanya sudah turun hujan buatan dan bom air, tapi cuaca masih berkabut. Kalau begini terus, anak-anak baiknya diungsikan saja ke kampung halaman di Sumatera Barat," kata Mimin, warga Dumai Selatan.
Dia mengaku, sejak munculnya kabut asap ini, banyak ibu-ibu yang memiliki anak kecil lebih banyak berdiam diri didalam rumah dan tidak bisa berkegiatan sehari-hari layaknya hari normal.
Selain itu, karena musim kemarau, membuat sumber air di sumur yang menjadi kebutuhan mendasar sehari-hari sudah menjadi kering dan terpaksa membeli air yang dijual per jerigen 30 liter seharga Rp 2.500.
"Sejak kemarau yang diperparah dengan kabut asap, aktivitas jadi tidak lancar karena air sumur untuk keperluan sehari-hari berangsur kering dan kita terpaksa membeli air untuk kebutuhan mandi dan cuci," sebut Icha, warga Dumai lainnya.
Pantauan Antara, meski kebakaran hutan lahan sudah diupayakan pemadaman melalui hujan buatan dan bom air, namun kondisi kabut asap masih mengepul di udara dan bahkan berbau abu pembakaran.
Warga setempat berharap kepada pemerintah agar secepatnya bertindak mengatasi cuaca yang tidak normal ini karena sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama anak-anak, ibu hamil serta kaum manula dan penderita sesak pernafasan.
Pewarta: Abdul Razak
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013