Kami menginginkan mereka mengakui sebagai satu negara,"
Mangpan, Myanmar (ANTARA News) - Kelompok pemberontak Wa yang paling kuat di Myanmar mengatakan mereka akan berusaha membentuk satu negara sah, sementara para ahli mengatakan tindakan itu dilakukan saat hubungan yang tegang dengan pemerintah.
Tentara Negara Persatuan WA (UWSA), yang memiliki sekitar 30.000 anggota, bertahan di daerah pegunungan terpencil di perbatasan timur laut dengan China yang diperkirakan banyak narkoba dan jauh dari pengawasan pemerintah pusat.
Terhindar dari jangkauan junta sebelumnya karena hubungan yang dekat dengan Beijing dan memiliki kekuatan militer yang hebat, para pengamat mengatakan kelompok itu menggunakan keterbukaan politik dibawa pemerintah baru untuk mendorong pengakuan resmi lebih luas.
Daerah yang diperintah sendiri Wa terdiri atas enam kotapraja di daerah perbatasan negara bagian Shan, tetapi juru bicara UWSA Tone Sann mengemukakan kepada AFP bahwa pengaturan sekarang "tidak cukup".
"Kami menginginkan mereka mengakui sebagai satu negara," katanya di sela-sela acara agama di Shan utara yang menandakan penampilan pertama yang jarang di publik para pejabat dari kelompok pemberontak itu.
UWSA melakukan perjanjian gencatan senjata dengan pemerintah sejak tahun 1989, salah satu dari perjanjian seperti itu paling lama di satu negara yang memiliki kantong-kantong pemberontakan etnik sejak merdeka tahun 1948.
Sejumlah gencatan senjata baru sementara telah ditandatangani oleh pemerintah baru Myanmar yang menggantikan pemerintah militer dua tahun lalu sebagai bagian dari reformasi-reformasi yang menimbulkan harapan-harapan bagi federalisme yang lebih luas di satu negara yang lama dikuasai junta.
Etnik Wa merupakan satu persen dari penduduk Myanmar, dengan sekitar 800.000 orang dari berbagai kelompok etnik di daerah yang diperintah sendiri, kata Tone Sann.
Ia mengatakan UWSA telah mengajukan satu permintaan resmi bagi daerah mereka ditingkatkan menjadi "Negara Wa" dalam perundingan-perundingan dengan satu tim perdamaian pemerintah bulan ini, dan menambahkan mereka menerima jaminan permintaan itu akan dipertimbangkan di parlemen negara itu.
Myanmar memiliki tujuh negara bagian minoritas etnik dan tujuh daerah, terutama berpenduduk etnik mayoritas Burma.
Tone Sann mengatakan Wa menginginkan daerah mereka diakui sebagai satu negara untuk mengambil keuntungan dari pembangunan wilayah, karena kaya sumber alam dan letaknya yang strategis.
Sai Pao Nap, seorang anggota majelis tinggi parlemen dari Partai demokratik Wa mengatakan kelompok itu juga ingin melakukan perundingan langsung dengan pemerintah pusat, dari pada pengaturan sekarang yang dikomunikasikan melalui pihak berwenang negara bagian Shan.
"Saya kira tuntutan mereka bagi satu negara tidak dapat menimbulkan komplikasi," kata politisi itu, yang juga ketua Komite Urusan Ras Nasional parlemen.
Tetapi ia menambahkan ada ketegangan yang meningkat antara UWSA dan militer selama dua tahun, ketika kelompok itu diminta untuk bergabung dengan apa yang disebut pasukan penjaga perbatasan di bawah komando tentara Myanmar.
Klaim Wa itu datang saat militer negara itu terlibat dalam konflik yang mematikan dengan pemberontak di negara bagian Kachin, di mana gencatan senjata ambruk segera setelah pemerintah baru berkuasa tahun 2011.
Perundingan-perundingan perdamaian dengan Kachin, yang ditetapkan akan dilanjutkan Selasa,ditunda akibat rintangan dan kerusuhan terus berlanjut di tengah-tengah kecurigaan bahwa tentara bertekad membawa seluruh pemberontak menyerah.
Satu laporan oleh majalah IHS Jane`s mengatakan gencatan senjata UWSA "goyah" dan menduga kelompok itu membeli helikopter-helikopter bersenjata dari China sebagai bagian dari "satu program persenjataan kembali segera"-- satu klaim yang dibantah Beijing dan Wa.
Tone mengatakan beberapa pesawat telah dibeli sebagai "contoh-contoh" untuk dipamerkan kepada publik. Ini bukan yang riil dan tidak dapat digunakan. Kami hanya ingin menarik perhatian lebih banyak orang untuk mengunjungi musium kami," katanya.
"Tidak benar bahwa kami membeli helikopter-helikopter dari China," tambahnya, juga menolak tuduhan daerah Wa memproduksi opium dan sabu-sabu sebagai "hanya tuduhan-tuduhan".
(H-RN)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013