Empat pelaku seni budaya itu adalah seniman tari dari Kota Yogyakarta Pak Cip serta seniman ketoprak Sumarji, seniman karawitan Pujo Wiyono, dan dalang Ki Cerma, ketiganya dari Bantul,"Yogyakarta (ANTARA News) - Empat seniman dari Daerah Istimewa Yogyakarta menerima penghargaan dari Himpunan Seni Budaya Indonesia karena dinilai telah memberikan sumbangan pada kebudayaan di negeri ini.
"Empat pelaku seni budaya itu adalah seniman tari dari Kota Yogyakarta Pak Cip serta seniman ketoprak Sumarji, seniman karawitan Pujo Wiyono, dan dalang Ki Cerma, ketiganya dari Bantul," kata Ketua Umum Himpunan Seni Budaya Indonesia (Hisbi) Erman Suparno di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia usai menyerahkan penghargaan, Hisbi memberikan penghargaan kepada empat seniman tersebut karena sumbangsih mereka yang begitu besar terhadap kebudayaan di Indonesia. Mereka merupakan pelaku seni yang memiliki kesetiaan dan prestasi adiluhung.
"Pemberian penghargaan itu merupakan rangkaian Pagelaran Budaya Drama Wayang Orang dengan lakon Sumpah Abimanyu yang diselenggarakan Hisbi dalam rangka menyambut keistimewaan Yogyakarta," kata mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) itu.
Ia mengatakan pagelaran budaya yang digelar di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta itu dipentaskan oleh Swargaloka Art and Culture Foundation Taman Mini Indonesia Indah.
"Pagelaran budaya itu merupakan bentuk apresiasi Hisbi, organisasi yang peduli keberlangsungan seni budaya di Indonesia, atas ditetapkannya Yogyakarta sebagai daerah istimewa," katanya.
Menurut dia pagelaran budaya itu juga merupakan pendidikan budaya wayang kepada masyarakat Yogyakarta secara luas.
"Sosok Abimanyu, lakon dalam pagelaran budaya itu, adalah satria yang gagah perkasa di medan laga. Hal itu merupakan contoh bentuk nasionalisme yang perlu diteladani oleh seluruh generasi muda Indonesia," kata Erman.
Ketua Swargaloka Art and Culture Foundation, Suryandoro mengatakan pentas budaya wayang orang itu berbeda, karena menggunakan konsep drama wayang.
Menurut dia bentuk opera yang dipilih sebagai konsep pementasan memadukan teknologi dan dialog sebagaimana drama modern.
"Selama ini belum ada yang memadukan drama opera dengan wayang orang. Kami memulainya," kata Suryandoro.
(B015*H010/H008)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2012