Jakarta (ANTARA News) - Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) mencatat setelah 13 tahun berjalan reformasi telah banyak kemajuan-kemajuan yang telah diraih bangsa Indonesia, kehidupan ekonomi telah masuk kelompok negara berpenghasilan menengah (midle income countries/MICs).
"Jelang akhir tahun 2011 ini, ada tiga hal penting yang dalam tiga bulan terakhir membuat Indonesia optimis menghadapi tahun 2012," demikian siaran pers MPP ICMI yang ditandatangani ketua presidiumnya Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir dan sekjennya Dr. Ir. Muhammad Taufiq, di Jakarta, Jumat.
Dalam Refleksi Akhir Tahun ICMI itu menyebutkan, tiga hal yang membuat Indonesia optimis menghadapi 2012, yakni Indonesia berada di puncak prestasi olah raga Asia Tenggara denganmenjadi juara umum setelah menunggu selama lebih 14 tahun. "Indonesia berhasil merebut lebih dari sepertiga medali emas pada
SEA Games ke-26 di Palembang pada bulan November lalu," katanya.
Kedua, adalah masuknya Indonesia dalam radar investasi dunia setelah Fitch Rating Agency menetapkan Indonesia sebagai negara yang naik peringkatnya dari level non-investment grade menjadi investment grade dengan level BBB- dengan outlook stabil.
Ketiga, lebih istimewa lagi seolah sebagai kado akhir tahun, DPR RI mengesahkan UU Pengadaan Tanah pada pertengahan Desember lalu setelah ditunggu bertahun-tahun (sejak UU Agraria 1960) dan selalu dijadikan dalih menjadi penyebab utama lambannya pembangunan infrastruktur di tanah air, seperti jalan raya, pelabuhan, bandara dan pembangkit listrik.
UU baru ini dinilai lebih menjamin hak masyarakat pemilik lahan dengan memberikan keterbukaan informasi peruntukan sehingga masyarakat bisa mendapatkan "ganti-untung" dan bukannya sekedar "ganti rugi".
Nanat Fatah Natsir mengatakan, meskipun terjadi hiruk pikuk dalam dunia perpolitikan di dalam negeri, sebagai negara berkembang yang belum dewasa (in the making) dalam proses demokrasi, menurut berbagai pengamat dalam dan luar negeri, Indonesia sudah berada pada jalur yang benar on the right track.
"Turbulensi yang terjadi dalam politik masih dianggapdalam batas yang wajar dan tidak akan berpengaruh signifikan terhadap stabilitas dan sustainabilitas kinerja ekonomi makro," katanya.
Menurut Nanat, masih banyak persoalan bangsa yang memerlukan perenungan bersama, seperti pengangguran, kemiskinan masih menjadi persoalan bangsa, karena keberhasilan pembangunan ekonomi, bukan hanya di ukur dengan keberhasilan dalam tataran makro ekonomi, tetapi juga harus menyentuh dalam tataran mikro ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja dan semakin mengurangi jumlah kemiskinan.
Oleh karena itu, ICMI sangat mengapresiasi terhadap pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk terus mempercepat reformasi birokrasi dan pemberantasan korupsi sebagai upaya percepatan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan bangsa.
Dalam bidang politik, khusus perilaku elit politik dalam meraih jabatan politik lebih mengedepankan kepentingan untuk mengejar kekuasaan semata, dan cenderung mengabaikan etika dan moral, akhlakul karimah yang berlandaskan kepada nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, katanya, "money politic" kebebasan tanpa batas yang mengarah kepada anarkis masih mewarnai kehidupan politik bangsa kita saat ini.
Mengenai bidang penegakan hukum, ICMI memandang cukup prihatin, karena belum begitu banyak perubahan yang berarti setelah 13 tahun reformasi. Misalnya, mafia hukum semakin merajalela, tebang pilih dalam penegakan hukum semakin dipertontonkan, lambat dalam menangani kasus-kasus besar yang menjadi perhatian masyarakat.
Dalam bidang pendidikan, ICMI memandang pendidikan yang berjalan sampai saat ini belum mampu mengubah mindset dan culture set, peserta didik sehingga pendidikan masih cenderung melahirkan tukang-tukang pencari kerja bukan pencipta lapangan pekerjaan yang mandiri, kreatif, inovatif dan memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi.
Dalam catatan ICMI di bidang sosial budaya, lemahnya tingkat kejujuran, mengakibatkan tingkat korupsi masih cukup tinggi, feodal, hedonisme dan matrealisme merupakan kecenderungan yang muncul dalam kehidupan masyarakat kita saat ini.
"Akan halnya, tentang kasus Papua, Mesuji dan Bima yang terjadi akhir-akhir ini, sebaiknya ditangani dengan dialog, arif dan bijaksana, tidak dengan kekerasan, sehingga tidak menimbulkan masalah baru," demikian Ketua Presidium ICMI Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011