Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan bom dan penembakan di Irak pada Minggu menewaskan tujuh orang, termasuk empat anggota milisi penentang Al-Qaida dalam dua ledakan bom pinggir jalan, kata polisi dan petugas medis.
Dua anggota Sahwa atau Dewan Kebangkitan tewas ketika mobil mereka dihantam ledakan bom pinggir jalan sekitar pukul 09.30 waktu setempat (pukul 13.30 WIB) di daerah Al-Nibaie, sebelah utara kota Mashaada, 30 kilometer dari Baghdad, kata Letnan Satu Polisi Uday Sarhan, lapor AFP.
Ketika dua anggota lain Sahwa bergerak ke lokasi ledakan, mobil mereka juga diserang bom pinggir jalan, menewaskan keduanya dan dua warga sipil di sekitar mereka, kata Sarhan.
Polisi itu menambahkan, tidak ada korban cedera dalam kedua pemboman tersebut.
Seorang dokter di rumah sakit di kota berdekatan Balad mengkonfirmasi bahwa empat gerilyawan Sahwa dan dua warga sipil tewas.
Al-Nibaie adalah sebuah daerah gurun yang menjadi markas Al-Qaida pada puncak pemberontakan Sunni Irak pada 2006 dan 2007.
Peta perang mulai berubah ketika orang-orang suku Sunni berpihak pada militer AS melawan Al-Qaida pada akhir 2006, dengan membentuk Sahwa, yang oleh pasukan AS disebut "Putra Irak".
Sementara itu di kota Mosul, Irak utara, seorang pegawai restoran yang beragama Kristen dibunuh oleh orang-orang bersenjata yang menyerbu rumah makan itu. Penyerang menembak mati korban dan kemudian melarikan diri, kata seorang polisi.
Tidak jelas apakah agama korban menjadi alasan ia dibunuh.
Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.
Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.
Sebanyak 185 orang Irak tewas dalam kekerasan pada September, menurut angka resmi, sementara 239 orang tewas pada Agustus.
Pada Juli, 259 orang Irak tewas dalam serangan-serangan, angka kematian tertinggi kedua pada 2011.
Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.
Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.
Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.
Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.
Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.
Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.
Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011