Bogor (ANTARA News) - Bukan cuma manusia yang kekurangan air sekarang karena 700 rusa di Istana Bogor juga sama. Pengurangan intensitas hujan di Kota Hujan itu yang menjadi penyebab sehingga debit air di Bendungan Katulampa menyusut.
"Sempat tiga hari yang lalu kolam-kolam penampungan air yang ada di istana kering, tapi hanya sesaat. Saat ini sudah normal kembali," kata Kasubag Pembangunan Istana Bogor, Apandi, saat ditemui, Kamis.
Apandi mengatakan, saat ini debit air di lima kolam utama yang menjadi sumber penampungan air bagi kebutuhan rusa dan konservasi tanaman di kebun Istana Bogor sudah normal kembali.
Meski debitnya tidak banyak dibanding hari-hari biasa ketika intensitas hujan tinggi.
Ketinggian air yang mengalir di sejumlah parit yang mengelilingi Istana Bogor lebih kurang lima sentimeter.
"Kalau hari normalnya saat intensitas hujan tinggi, tinggi airnya sampai 30 sentimeter," kata Staf Protokoler Istana, Cecep Koswara.
Begitu juga ketinggian air di kolam penampungan air yang ada di sekitar Istana Bogor, biasanya mencapai bibir kolam. Tapi saat ini berada di bawah 30 cm dari bibir atas kolam.
Secara keseluruhan Cecep menyakinkan bahwa ketersediaan air di Istana Bogor mencukupi dan aman untuk kebutuhan rusa dan tanaman yang ada di istana itu.
Merunut pada sejarah, pada masa penjajahan Belanda, kualitas dan sistem irigasi air sangat terjaga, hal ini dikarenakan Pemerintah Belanda memiliki Undang-Undangan yang mengatur tentang air.
Endang menambahkan, suplai air di Istana dibutuhkan untuk rusa, tanaman dan aspek estetika.
Air yang dibutuhkan bukan air diam tapi sirkulasi. Kebutuhan air untuk penelitian dan untuk rusa. Ada beberapa memiliki kolam atau embung sebagai cadangan air di musim panas.
Selain berasal dari Sungai Ciliwung, sumber air Istana Bogor juga dipasok dari sejumlah sumur tanah yang ada di lingkungan Istana, selain itu juga ada air PDAM.
"Jika betul-betul sampai kering atau `kepepet` tidak ada air kita biasa menggunakan Pemadam Kebakaran untuk menyediakan air. Tapi itu belum pernah terjadi," kata Apandi menambahkan. (KR-LR)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011