Latihan 10-hari itu merupakan "provokasi keji yang tak terampunkan" terhadap negara komunis, kata Komite Reunifikasi Damai Korea (CPRK), Korea Utara.
"Ini adalah deklarasi perang habis-habisan terhadap DPRK (Korea Utara)," kata badan negara itu dalam sebuah pernyataan berbahasa Inggris yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea, KCNA.
Latihan itu, yang dimulai pada Selasa, melibatkan lebih dari 530.000 tentara, termasuk sekitar 3.000 personil militer dari AS dan pangkalan-pangkalan lain di sekitar Pasifik.
Kedua sekutu telah menggambarkan latihan tahunan `Ulchi Freedom Guardian` (UFG) itu sebagai latihan pertahanan dan rutin, tetapi CPRK mengatakan, ini merupakan latihan untuk serangan melawan kepemimpinan Korea Utara, pangkalan nuklir dan rudal Korea Utara.
UFG telah melucuti Amerika Serikat dan Korea Selatan dari "topeng perdamaian dan dialog mereka," kata CPRK.
Badan ini menambahkan bahwa kedua negara bereaksi terhadap `upaya yang sabar untuk perdamaian` Pyongyang dengan "manuver provokatif untuk perang agresi ".
Kantor Berita Korea Selatan Yonhap, mengutip pejabat militer, mengatakan latihan itu akan memperlihatkan pasukan mensimulasikan deteksi dan penghancuran bom atom Korea Utara, rudal-rudal dan senjata kimianya.
Komentar CPRK itu terjadi sehari setelah negara komunis itu menanggapi awal latihan dengan bersumpah akan meningkatkan persenjataan nuklirnya.
Juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara mengatakan Rabu, bahwa latihan yang "sangat provokatif dan agresif " itu menunjukkan tongkat AS dalam berbagai tujuan permusuhannya "untuk menahan Korea Utara dengan kekuatan senjata".
"Ini adalah jelas bahwa Korea Utara harus meletakkan taji untuk memperkuat persenjataan nuklir, untuk pertahanan diri baik secara kualitas maupun kuantitas untuk mengatasi situasi ini," katanya.
Korea Utara biasanya mencap latihan bersama kedua negara itu seperti latihan untuk invasi dan meluncurkan sendiri kontra-latihan.
Pekan lalu Pyongyang mendesak Washington dan Seoul untuk menunjukkan kesediaan mereka menuju denuklirisasi dengan mengakhiri latihan perang, dan menuntut perjanjian perdamaiam untuk menggantikan gencatan senjata saat ini yang mengakhiri perang Korea pada tahun 1950-1953.
Para pejabat Pyongyang bertemu dengan rekan-rekannya di Seoul dan Washington bulan lalu, meningkatkan harapan bahwa pembicaraan yang melibatkan dua Korea, Rusia, China, Jepang dan Amerika Serikat dapat berlanjut setelah pertemuan terakhir pada Desember 2008.
Korea Utara telah berulang kali menyatakan keinginan untuk kembali ke forum perundingan, tapi Amerika Serikat telah mendesak Pyongyang agar menunjukkan ketulusan lebih dan memperbaiki hubungan.
(Uu.H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011