London (ANTARA News) - Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, Presiden Republik Indonesia ke-3 bersama sekitar 45 orang mantan karyawan IPTN serta tenaga ahli Indonesia di bidang kedirgantaraan yang tersebar di Bremen, Ausburg, Muenchen dan Hamburg mengadakan acara silaturahmi di Hamburg.
Dalam pertemuan berlangsung selama tiga jam diisi dengan pemberian wejangan serta pemaparan mengenai perkembangan industri penerbangan nasional, demikian keterangan pers KJRI Hamburg yang diterima Antara London, Jumat.
Konjen RI Hamburg, M. Estella Anwar Bey menyampaikan apresiasi kepada Prof. Habibie yang berkenan memberikan pencerahan mengenai revitalisasi industri penerbangan di Indonesia, termasuk masalah pembenahan SDM yang semakin berkurang dan pemberdayaan komponen dan tenaga ahli nasional untuk memenuhi kebutuhan penerbangan di tanah air.
Konjen mengharapkan pertemuan ini dapat dijadikan momentum yang baik untuk memberikan sumbangsih melalui pemikiran dan ide-ide yang diperlukan bagi masa depan dan kemajuan penerbangan Indonesia.
Dalam pemaparannya Prof. Habibie menyampaikan keinginan dan keyakinan akan kembalinya kejayaan industri dirgantara Indonesia yang mengalami kemunduran sejak tahun 1995.
Dikatakan bahwa mundurnya kedirgantaraan Indonesia tersebut antara lain disebabkan kurangnya upaya pemerintah untuk memfasilitasi produk dari PT Dirgantara.
Menurutnya, apabila pemerintah ingin memajukan industri penerbangan nasional, pemerintah harus lebih serius dan memiliki komitmen yang kuat untuk mengembangkan industri dirgantara, termasuk mengalokasikan anggaran khusus untuk kepentingan riset.
Untuk memajukan industri kedirgantaraan Indonesia, tidak hanya diperlukan kebijakan yang baik dari pemerintah, namun juga harus disertai tindakan nyata dalam mendukung riset yang dilakukan oleh para tenaga ahli dan cendikiawan.
Dikatakan, 16 tahun lalu Indonesia sudah mampu membuat pesawat N-250 Gatot Kaca dan CN-235 serta produk-produk lainnya, yang sempat mendulang sukses di dunia penerbangan nasional dan internasional. Namun saat krisis , atas desakan IMF, kejayaan industri tersebut terpaksa harus pupus karena berbagai alasan.
Dikemukakan bahwa masyarakat dan pemerintah Indonesia tentu rindu akan kejayaan industri dirgantara seperti pada era 1990-an, namun keinginan tersebut diharapkan jangan sampai masuk perangkap untuk berpolemik seperti dahulu sehingga industri dirgantara melemah.
Saat ini pemerintah nampaknya memiliki keinginan kembali untuk memajukan industri penerbangan nasional, namun keinginan tersebut harus didukung oleh riset dan ketersediaan para ahli teknologi. Dalam kaitan ini, pemerintah harus menyediakan wadah agar para ahli teknologi Indonesia dapat berkiprah dan berkarya di negeri sendiri.
Di akhir pemaparan, Prof. Habibie menghimbau kepada seluruh peserta yang hadir untuk terus berkarya dan kembali ke tanah air guna memberikan sumbangsih bagi kemajuan bangsa. Ditegaskan terdapat lima hal yang harus dicamkan dalam melaksanakan pekerjaan, yaitu work hard, be fair, be rational, be low profile, and never be a hero. Jadikan Indonesia sebagai bangsa yang makmur, sejahtera dan disegani. (ZG/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011
Sekarang maskapai penerbangan dalam negeri tumbuh dengan subur. Rata2 mereka menggunakan armada Boeing 737.
Seandainya N-2130 jadi, tentu tidak akan sulit memasarkannya. Bahkan mungkin sudah balik modal, serta memberikan lapangan kerja bagi sekian ribu tenaga ahli penerbangan di Indonesia.
Sayang, bangsa kita lebih mengedepankan emosi ketimbang rasio....