Montevideo (ANTARA News) - Awan debu yang disemburkan oleh gunung berapi Puyehue di Chile memaksa dibatalkannya sedikitnya dua lusin penerbangan Sabtu (25/6) di Uruguay, tempat wisawatan memperpanjang keberadaan mereka.
Layanan Cuaca Nasional Uruguay mengeluarkan peringatan kuning mengenai keberadaan abu vulkanik di negara Amerika Selatan di antara Brazil dan Argentina itu.
Awan debu "mempengaruhi ibu kota Argentina, tapi kumpulan awan diperkirakan mulai memasuki Uruguay, Ahad sore, dan benar-benar menyelimuti negeri tersebut saat larut malam", kata petugas meteoroli Nubel Cisnero kepada Channel 4.
Ia meramalkan lapisan tipis abu vulkanik bakal menutupi mobil dan jendela dan menambah rumit perjalanan udara dari Bandar Udara Internasional Carrasco, yang melayani ibu kota negeri itu, Montevideo.
Sedikitnya 12 penerbangan keberangkatan dibatalkan, semuanya dijadwalkan terbang ke Argentina, Sao Paulo, Lima dan Miami, serta 12 kedatangan pesawat dari Aerolineas Argentinas, American Airlines, GOL, Pluna, TACA dan TAM, demikian data dari bandar udara.
Kejadian itu menandai untuk ketiga kali penerbangan terpengaruh oleh abu vulkanik Chile, yang meletus 4 Juni.
Keputusan untuk membatalkan penerbangan diberlakukan, karena adanya kekhawatiran bahwa abu vulkanik tersebut akan mempengaruhi mesin pesawat, sementara bandar udara utama tetap buka.
Sementara itu Wakil Menteri Pariwisata dan Olah Raga Liliam Kechichian, sebagaimana dilaporkan AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Ahad, menyatakan banyak wisatawan yang mulanya berencana pergi ke Argentina dan Chile memperpanjang keberadaan mereka di Uruguay.
Sabtu (25/6) menandai awal liburan sekolah musim dingin di Uruguay, yang berlangsung selama dua pekan. Selama itu, siswa sekolah menengah biasanya melakukan perjalanan darat ke Argentina, namun tempat pelancongan musim dingin di negara Amerika Latin tersebut diguyur abu dari peguningan Andea itu.
Beberapa perjalanan dari Uruguay dibatalkan atau tujuannya diubah, kata operator perjalanan setempat. (C003/S008/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011