Washington (ANTARA News) - Pemerintah Iran telah mengarahkan sebuah program ambisius pemotongan subsidi energi (BBM) dan pangan tanpa memungkinkan harga yang lebih tinggi memicu inflasi, Dana Moneter Internasional mengatakan Senin.
Sebuah misi staf IMF untuk Iran memuji "keberhasilan awal" dari reformasi subsidi Teheran Desember yang memungkinkan kenaikan harga pada berbagai produk energi, termasuk bensin dan bahan bakar memasak, dan pada transportasi umum, gandum dan roti.
"Pemerintah telah berhasil mengatasi dampak awal kenaikan harga energi pada inflasi," kata IMF setelah misi 28 Juni-9 Mei.
"Meskipun kenaikan harga sangat besar hingga 20 kali, inflasi harga konsumen hanya meningkat dari 10,1 persen pada Desember menjadi 14,2 persen pada akhir Mei," katanya dalam sebuah pernyataan.
Sejak diluncurkan, program reformasi telah mengeluarkan sekitar 60 miliar dolar AS, atau sekitar 15 persen dari produk domestik bruto, dalam subsidi "implisit" tahunan, kata mereka.
Pemerintahan Presiden Mahmoud Ahmadinejad meluncurkan reformasi kontroversial bertahap pada 19 Desember ditengah penentangan dari anggota tertentu dari kamp penguasa konservatif Iran. Kritik mengatakan rencana lebih lanjut akan memicu inflasi pada saat kondisi ekonomi terguncang di bawah kenaikan harga dan pengangguran tinggi.
Tim IMF memuji keputusan untuk mengimbangi kenaikan harga dengan menggunakan penghematan dari penghapusan subsidi untuk mendukung bantuan langsung kepada masyarakat.
"Redistribusi pendapatan yang timbul dari kenaikan harga ke rumah tangga sebagai transfer tunai telah efektif dalam mengurangi ketimpangan, meningkatkan standar hidup, dan mendukung permintaan domestik dalam perekonomian," kata IMF.
"Kenaikan harga energi ini sudah mendorong ke penurunan konsumsi energi berlebihan dalam negeri dan pemborosan energi yang terkait."
Sementara reformasi subsidi dalam jangka pendek diperkirakan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan inflasi, pengaruhnya akan sementara pada negara penghasil minyak itu, kata tim.
"Ini akan jauh meningkatkan prospek Iran jangka menengah dengan rasionalisasi penggunaan energi dalam negeri, meningkatkan pendapatan ekspor, memperkuat keseluruhan daya saing, dan membawa aktivitas ekonomi di Iran mendekati potensial penuhnya."
Pertumbuhan ekonomi Iran diperkirakan naik pada 2010-2011, setelah mencapai perkiraan 3,5 persen pada periode tahun sebelumnya, mencerminkan pertumbuhan kuat non-minyak dan sebuah tanaman pertanian yang "luar biasa" .
Kebijakan moneter telah menurunkan inflasi dari 25,4 persen pada 2008-2009 menjadi 12,4 persen pada 2010-2011, IMF mengatakan. "Cadangan eksternal bruto juga tetap nyaman dengan meningkatnya prospek untuk sektor eksternal didukung tingginya harga minyak," demikian AFP melaporkan. (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011