Mataram (ANTARA News) - Utusan dari 11 negara yang memiliki hutan tropis terluas di dunia tengah berkumpul di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), guna membahas peranan "social forestry" atau kehutanan sosial dalam mitigasi, adaptasi pemanasan global, dan perubahan iklim.

Pembahasan peranan "social forestry" itu dikemas dalam bentuk "workshop" yang berlangsung sejak Senin hingga Jumat (10/6), yang dipusatkan di Hotel Sentosa Villas & Restaurat Senggigi.

Kesebelas negara itu yakni Indonesia, Republik Demokratik Kongo, Papua New Guninea (PNG), Brazil, Malaysia, Philipina, Kolombia, Kamerun, Peru, Gabon, dan Kosta Rika.

Sebelas negara itu sejak tiga tahun lalu, membentuk kelompok Forest Eleven (F11), dan terus mengajak negara-negara lainnya yang memiliki hutan tropis untuk bergabung.

Tiga negara yang baru bergabung sejak tahun lalu yakni Guatemala, Guyana, dan Suriname.

Namun, dalam "workshop" itu hanya tujuh negara yang mempresentasikan cara pengelolaan kawasan hutan tropis berbasis masyarakat, selain Indonesia sebagai tuan rumah.

Ketujuh negara yakni Kamerun, Kolombia, Kosta Rika, Malaysia, Peru, Suriname dan PNG, itu mempresentasikan perkembangan, penguatan kelembagaan dan "capacity building" di negara masing-masing.

Di penghujung acara F11 itu, peserta "workshop" akan diajak meninjau kawasan hutan kemasyarakatan di Aiberik, Kecamatan Batu Kliang, Kabupaten Lombok Tengah, dan lokasi A/R-CDM di Sekaroh, Kabupaten Lombok Timur, sekaligus mencermati aktivitas kerja sama Indonesia-Korea yang dikemas dalam program Aforestation/Reforestation Clean Development Mechanism (A/R-CDM).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan DR Ir Tachrir Fathoni, M.Sc mengatakan, "workshop" itu bertujuan membagi pandangan dan pengalaman negara-negara F11 terkait pengembangan "social forestry" dalam meningkatkan peran masyarakat.

Peran masyarakat yang dimaksud berkaitan dengan daya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

"Harapannya masing-masing negara hutan tropis dapat mengelola hutannya lebih baik berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian dengan melibatkan masyarakat dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya," ujarnya.

Menurut Fathoni, pembahasan "social forestry" negara-negara hutan tropis itu merupakan kegiatan ketiga sejak F11 terbentuk. Kegiatan pertama di Bali dan berikutnya di Pulau Jawa.

Pada dasarnya, pertemuan tersebut mengarah kepada upaya penyamaan pandangan terhadap perlindungan dan kelestarian hutan tropis yang dikategorikan langka di dunia.

"Bagaimana negara-negara yang memiliki hutan tropis ini bisa secara bersama-sama mengelola berdasarkan prinsip kelestarian. Negara-negara lainnya silahkan bergabung," ujarnya.

Fathoni mengakui, Indonesia menjadi inisiator pertemuan F11 dalam beberapa tahun terakhir ini karena merupakan negara yang pengelolaan perubahan iklim dan kehutanan sosial cukup baik.

Namun, pertemuan selanjutnya akan digilir di negara-negara lainnya anggota F11 dan juga negara lain yang baru bergabung.

(ANTARA)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011