Medan(ANTARA News) - Kalangan seniman dan sosiolog menganggap berkembangnya ideologi menyimpang serta paham ekstrimisme seperti NII dan aliran Ahmadiyah dapat dicegah lewat kreativitas dan pemaknaan berbagai bentuk karya seni budaya.

"Untuk itu eksistensi kelompok seniman dan budayawan dibutuhkan dalam lingkup sosiologis masyarakat kita," kata Sosiolog Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr Hidayat pada dialog tentang "Seni dan Ketahanan Nasional" di Fakultas Bahasa dan Seni Unimed, Rabu.

Ia mengatakan, ekspresi kelompok seniman, baik seni rupa, seni musik, seni tari maupun seni-seni lainnya selama ini telah menghimpun kelompok-kelompok pemuda yang memiliki nilai sosial kuat di tengah-tengah masyarakat.

Dengan bergabung di kelompok-kelomopk seni tersebut, membuat mereka tidak tersentuh oleh pengaruh ajaran atau indoktrinasi paham ideologi yang menyimpang dan dilarang oleh negara.

"Pengaruh indoktrinasi itulah yang sekarang hadir merusak pola pikir pemuda, sehingga mudah direkrut dan terpengaruh menjadi manusia yang tidak mengedepankan akal sehat dalam mengemukakan pemikirannya," katanya.

Kasus peledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolres Cirebon oleh seorang pemuda serta peledakan bom bunuh diri di hotel Marriot - Ritz Carlton beberapa tahun lalu menjadi bukti pengaruh indoktrinasi ajaran paham yang menyimpang tersebut.

"Pemuda yang di usianya masih mencari eksistensi diri, begitu rapuh jika disusupi pemahaman agama yang keliru," katanya.

Pelaku seni di Medan, Heru Maryono MSn, mengatakan, seniman merupakan antitesa melawan kemapanan serta penguasaan yang menindas. Misalnya banyak hasil karya seni yang dilarang pemerintah karena dianggap melanggar konstitusi, padahal karya seni tersebut lahir dari fakta sosial yang hadir di tengah-tengah masyarakat.

"Karya-karya seni yang dilarang itu, menjadi bukti bahwa sebagian nilai-nilai seni kita juga sudah dijajah penguasa," katanya.

Sementara itu menanggapi berkembangnya faham ideologi menyimpang seperti NII dan Ahmadiyah di Indonesia, Ketua Ikatan Da`i Indonesia Sumatera Utara Drs. H. Sakhira Zandi, mengatakan, NII dan Ahmadiyah berkembang karena lemahnya intelijen negara menganalisis situasi keamanan negara.

"Pemerintah juga tidak tegas menindak dan membersihkan ideologi menyimpang tersebut," katanya.

Di luar fakta tersebut, lanjut dia, NII dan Ahmadiyah saat ini telah menjadi komoditas pihak-pihak tertentu yang sengaja dibangkitkan kembali dengan tujuan meredam isu-isu besar yang sedang terjadi di negara ini.

Pemerintah sudah lama mengetahui adanya aliran Ahmadiyah dan NII, namun paham ideologi menyimpang itu terkesan dibiarkan dan tidak ditumpas hingga tuntas.(*)
(T.KR-JRD/Z003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011