Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan seperti Google, Microsoft, dan Yahoo, akan menggelar acara yang menghimpun ribuan orang di 18 lokasi untuk membahas solusi terkait ketahanan bencana dan perubahan iklim.

"Acara ini adalah kesempatan yang unik bagi para pakar bidang perubahan iklim dan ketahanan bencana untuk berkolaborasi dengan para sukarelawan dalam mengembangkan teknologi terbuka yang berdampak kepada dunia negara-negara berkembang," kata Direktur Keuangan, Ekonomi, dan Pengembangan Urban Bank Dunia, Zoubida Allaoua, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin.

Acara yang merupakan lanjutan dari inisiatif bersama bertajuk "Random Hacks of Kindness" (RHOK) itu rencananya akan digelar di 18 lokasi di seluruh dunia pada 4 - 5 Juni 2011.

Beragam lokasi tersebut meliputi sejumlah kota yang terletak di negara Amerika Serikat, Kanada, Denmark, Swiss, Jerman, India, Argentina, Uganda, Zambia, Australia, Kenya, Italia, dan Chili.

RHOK merupakan sebuah komunitas inovasi yang berfokus pada mengembangkan solusi terbuka yang praktis dalam hal manajemen risiko bencana dan tantangan dalam adaptasi perubahan iklim.

Bank Dunia, misalnya, telah membuat proyek perintis CHASM yang merupakan perangkat lunak untuk memvisualisasikan risiko tanah longsor di Karibia pascagempa di Haiti pada 2010.

"Kami berterima kasih kepada mitra korporasi RHOK yang telah mendorong inisiatif ini sebagai kontribusi terhadap program tanggung jawab perusahaan mereka," kata Allaoua.

Terkait dengan isu perubahan iklim, Bank Dunia sebelumnya juga telah menegaskan kembali dukungannya terhadap berbagai agenda untuk mengatasi dampak perubahan iklim yang telah dicanangkan pemerintah Republik Indonesia.

"Bank Dunia memiliki komitmen untuk terus mendukung pembangunan Indonesia dalam iklim yang terus berubah ini," kata Duta Perubahan Iklim Bank Dunia, Andrew Steer, dalam siaran pers Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Senin (2/5).

Menurut Steer, saat ini mata dunia tertuju pada Indonesia, sehingga bila program terkait perubahan iklim di Indonesia berhasil, maka negara-negara lain akan menyusul.

"Target (Indonesia) mereduksi karbon hingga 41 persen dengan pertumbuhan ekonomi tujuh persen; keanggotaannya dalam perhimpunan G-20 dan UNFCCC (Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim) menunjukkan bahwa Indonesia berada di garis depan dalam upaya menegakkan pertumbuhan ramah lingkungan," katanya.

Di Indonesia, Bank Dunia memberikan dukungan di sejumlah areal seperti memberi bantuan keuangan untuk mengatasi perubahan iklim melalui Kementerian Kehutanan, Kementerian Keuangan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, serta Dewan Nasional Perubahan Iklim.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011