Paris (ANTARA News) - Prancis tidak memiliki keterangan mengenai keadaan Moamer Kadhafi saat ini, kata kementerian luar negeri, Rabu, sementara ketidakmunculan pemimpin Libya itu di layar televisi menimbulkan teka-teki mengenai nasibnya.
Kadhafi tidak tampil di depan publik sejak 30 April, ketika televisi Libya menyiarkannya berpidato dimana ia berjanji berperang hingga ajal jika NATO menolak berunding dengannya. Beberapa jam kemudian serangan udara menghantam rumah putra bungsunya.
"Saya tidak memiliki informasi mengenai keadaan pribadi Tuan Kadhafi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis, Bernard Valero, kepada wartawan.
Ia mengingatkan lagi bahwa Paris telah memutuskan semua hubungan diplomatik langsung dengan rejim Libya.
Sebelumnya Menteri Luar Negeri Italia Ignazio La Russa juga menyatakan tidak memiliki keterangan terinci mengenai lokasi Kadhafi, dan memperingatkan bahwa hal itu akan melegitimasi serangan NATO terhadap pangkalan militer yang menjadi tempat persembunyian pemimpin Libya tersebut.
NATO berulang kali menekankan bahwa mereka tidak berusaha secara langsung untuk membunuh Kadhafi dalam operasi serangan udara terhadap pasukannya, namun memperingatkan bahwa pasukan mereka akan menyerang "pusat-pusat kendali dan komando" Libya meski di dalamnya ada Kadhafi.
Selasa, ketika ditanya mengenai apakah Kadhafi masih hidup, perwira tinggi NATO asal Italia, Brigjen Claudio Gabellini, mengatakan, "Kami tidak memiliki bukti. Kami tidak tahu apa yang dilakukan Kadhafi saat ini."
"Kami sungguh-sungguh tidak tertarik dengan apa yang dilakukannya," katanya. "Mandat kami adalah melindungi penduduk sipil dari serangan atau ancaman serangan, dan kami tidak memburu individu."
Libya kini digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret.
Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Moamer Kadhafi, yang membuat marah Barat.
Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Kadhafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, kini pasukan Kadhafi dikabarkan telah berhasil menguasai lagi daerah-daerah tersebut.
Ratusan orang tewas dalam penumpasan brutal oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.
Kadhafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Kadhafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.
Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun, demikian AFP melaporkan. (M014/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011