Bekasi (ANTARA News) - Untuk mengatasi gerakan radikal seperti Negara Islam Indonesia (NII) diperlukan formula konstruktif dan kondusif agar pelaku bisa kembali ke koridor yang benar dan bukan dikecam, disudutkan ataupun dimarginalkan.

Mereka jangan dikecam atau dimarginalkan karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, kata Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq usai menghadiri Musyawarah Kerja Daerah DPD PKS Kota Bekasi, Jabar, Minggu.

"Yang terpenting adalah bagaimana solusi yang ditawarkan oleh pemerintah, organisasi masyarakat dan organisasi politik. Pendekatan keamanan bukan satu-satunya cara untuk menghadapi anak bangsa yang memiliki pemikiran berbeda," katanya.

Menyikapi masalah NII dalam pandangan Luthfi timbul kekagetan, kepanikan dan berujung pada kecaman-kecamanan seperti banyak yang terekspos di media.

Ia meminta agar jangan seluruh perbedaan pemikiran yang ada dimasyarakat didekati dengan pendekatan keamanan. Pendekatan itu bisa dilakukan bila sudah mengganggu ketentraman masyarakat.

Sebelumnya ditegaskan Lufhti harus ada pendekatan persuasif, dialogis dan formula yang bisa dijadikan kanal untuk menyalurkan aspirasi mereka.

"Jadi kita berharap Ormas dan Orpol bisa menjadi kanal bagi mereka dalam menyalurkan aspirasi sehingga dan tidak muncul kemandekan dan letupan-letupan," tegasnya.

Bila kemandekan itu tidak ada lagi dan aspirasi mereka sudah tertampung, ia yakin akan muncul wujud orang Indonesia asli yang ramah, santun dan cinta damai.

Ia menegaskan tentang NII semua orang mengatakan itu pemikiran lama dan petanya sudah ada dikepolisian. Cara kerja dan kinerja mereka semua sudah terpantau oleh aparat keamanan.

Jumlah mereka tidak banyak dan yang harus dicermati adalah mereka yang direkrut.

"Masyarakat kita bila ada pilihan untuk menyalurkan aspirasi maka dia tak mau masuk ke kelompok yang tidak natural itu melainkan ke berbagai komunitas natural dan konstruktif," tegasnya.

Atas dasar itu ia menilai akan lebih baik disebar jaring dengan memastikan seluruh mahasiswa dan pelajar sudah punya pilihan untuk aspirasinya dan jangan sampai hanya satu opsi saja yaitu melalui pemikiran mereka tadi.

"Kalau banyak opsi sudah barang tentu mereka memilih yang terbaik," tegasnya.

Ia mengharapkan aparat penegak hukum bisa melakukan pembinaan terhadap mereka yang ditenggarai sebagai kader NII, seperti yang telah dilakukan terhadap Az Zaitun. Di Az Zaitun kini gedung-gedung tempat belajar santrinya sudah banyak menggunakan nama-nama pejabat tinggi.(*)

(T. M027/S019)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011