Bangkok (ANTARA News) - Pasukan Thailand dan Kamboja terlibat baku tembak artileri dan senjata api, Jumat ini, sehingga menewaskan lima orang dan merusak dua bulan penuh ketenangan di sepanjang perbatasan yang disengketakan kedua negara itu.

Ini adalah baku tembak pertama yang serius sejak pertempuran Febuari dekat candi Hindu berusia 900 tahun Preah Vihear yang menewaskan 10 orang yang memicu PBB mengimbau gencatan senjata yang kekal.

Tiga tentara Kamboja dan dua serdadu Thailand tewas dalam baku tembak yang terjadi Jumat ini dekat satu kelompok candi berbeda.

Indonesia yang kini ketua ASEAN menyerukan segera diakhirinya aksi kekerasan.

Kedua pihak saling menyalahkan atas bentrokan senjata yang meletus Jumat pagi dan berlangsung selama beberapa jam, sementara ribuan warga desa diungsikan di dalam perbatasan Thailand.

"Tentara Kamboja menembak dengan senapan terlebih dahulu ke Thailand dan kini mereka mulai menembakkan artileri dan kami melalukan pembalasan yang setimpal," kata Menteri Pertahanan Thailand Jendral Prawit Wongsuwon kepada AFP.

"Saya kira Kamboja ingin mengambil alih kuil-kuil di perbatasan," katanya.

Sebaliknya Kamboja menuduh pasukan Thailand memasuki daerahnya sejauh 0,4 kilometer. "Pasukan Thailand bergerak langsung ke arah posisi-posisi pasukan Kamboja di kuil Ta Krabel dan melancarkan serangan," kata juru bicara pemerintah Ohay Siphan.

"Ini adalah satu invasi lagi oleh Thailand terhadap Kamboja. Kami tidak dapat menerima ini."

Perbatasan Kamboja-Thailand tidak pernah didemarkasi seluruhnya, sebagian karena masih banyaknya anjau peninggalan perang selama puluhan tahun di Kamboja.

Hubungan kedua negara tegang sejak Preah Vihear diberikan status Warisan Dunia oleh PBB Juli 2008.

Pada 1962 Mahkamah Internasional memutuskan candi itu milik Kamboja, tetapi kedua negara mengklaim kepemilikan lokasi seluas 4,6 kilometer persegi itu.

Para pengamat mengatakan sengketa menyangkut candi itu digunakan sebagai satu usaha untuk meningkatkan rasa kebangsaan baik di Thailand maupun Kamboja.

Kedua negara itu akir Februari sepakat mengizinkan para pemantau Indonesia mengunjungi daerah dekat Preah Vihear, tetapi militer Thailand tidak dapat menerima kehadiran para pemantau itu.

Padaa Februari, para anggota Dewan Keamanan PBB menyeru kedua pihak menahan diri dan menggelar gencatan senjata  permanen.

"Indonesia, sebagai ketua ASEAN sekarang, menyerukan segera dihentikan permusuhan antara Kamboja dan Thailand," kata Menlu Marty Natalegawa dalam satu pernyataan.

Kamboja menyerukan penengahan pihak luar untuk membantu mengakhiri sengketa itu, tetapi Thailand menekankan sengketa itu harus diselesaikan melalui perundingan bilateral.(*)

H-RN/H-AK

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011