"Saya melakukan suatu kesalahan. Saya akui dan saya mohon maaf kepada pak Taufiq dan Masyarakat Sastra Indonesia," kata Bramantyo Prijosusilo pada acara silahturahmi sastra yang digelar di Fadli Zon Library kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Kamis.
Bramantyo yang merupakan seorang seniman dan pernah belajar di Bengkel Sastra WS Rendra dan telah menuding Taufiq Ismail telah memplagiat puisi karya Douglas Malloch melalui komentarnya di Facebook mengutarakan penyebab terjadinya polemik itu.
Menurut Bram dalam pendidikan sastra yang diperolehnya di bengkel sastra WS Rendr,a ia diajarkan untuk tidak menekankan yang salah dan jangan memiliki unsur kebencian.
"Itu karena kekesalan saya karena waktu Martin Aleida membuat tulisan tentang Taufiq Ismail yang membuat sms yang tak santun dimuat di berbagai media dan di sebuah website sastra, dan menyinggung agenda Lekra yang diadakan di PDS (Pusat Dokumentasi Sastra) HB Yasin." katanya.
Bram mengungkapkan bahwa dirinya sudah lupa sumber puisi itu dari mana, tetapi ada teman-temannya sejak beberapa bulan yang lalu sudah menemukan puisi itu dan menyampaikan puisi berjudul "Be the Best of Whatever You Are" karya penyair Amerika Serikat kelahiran tahun 1877 Douglas Malloch itu kepadanya.
Puisi itu didapati memiliki dua terjemahan , yaitu yang pertama yang lebih setia pada aslinya dan berjudul "Akar-Akar Pohon" dan yang satunya berjudul "Kerendahan Hati".
Sementara itu, Sastrawan Taufiq Ismail mengatakan bahwa dirinya termasuk orang yang kurang pergaulan tentang Facebook dan Internet dan ia tidak tahu menahu tentang puisi "Kerendahan Hati" itu.
"Saya tidak menemukan didalam karya-karya puisi saya, puisi ini dituduhkan kepada saya, padahal saya tidak tahu, dan saya tidak pernah mengklaim itu puisi saya," katanya.
Ia mengungkapkan bahwa 19 tahun yang lalu dirinya pernah menerjemahkan puisi-puisi Amerika, namun karya-karya Malloch tak pernah masuk dalam seleksi puisi karya terjemahannya.(*)
(Yud/r009)
Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011