"Indonesia sudah berpengalaman sangat lama dengan pemanfaatan nuklir."
Jakarta (ANTARA News) - Deputi Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bidang kerja sama teknis, Kwaku Aning, mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan nuklir.

"Indonesia sudah berpengalaman sangat lama dengan pemanfaatan nuklir, dan memiliki banyak ilmuwan di bidang nuklir serta berpotensi memiliki energi listrik yang baik di masa depan," kata Kwaku Aning didampingi Direktur IAEA bidang kerja sama teknis Asia Pasifik, Dazhu Yang, kepada wartawan di kantor Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Jakarta, Senin.

Kwaku Aning berkunjung ke Indonesia untuk membuka Pertemuan ke-33 "Regional Cooperative Agreement (RCA) National Representatives" di Bali yang berlangsung pada 12-15 April 2011 yang akan dihadiri para kepala badan tenaga nuklir dari 17 negara.

Ditanya pers soal perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi Jepang, Kwaku Aning yang belum lama menjadi wakil direktur jenderal dari badan pengawas nuklir Peserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut, mengatakan bahwa saat ini sudah ada tanda-tanda awal pemulihan sejumlah fungsi, seperti energi listrik dan instrumennya.

PLTN memang berpotensi untuk membangkitkan listrik hingga ribuan MegaWatt yang sangat dibutuhkan bagi kesejahteraan suatu negara dan penggunaannya mampu menurunkan pemanasan global dibanding memanfaatkan energi lainnya, namun resikonya juga cukup tinggi, ujarnya.

Ia menegaskan bahwa meskipun PLTN memiliki resiko yang tinggi tetapi teknologi PLTN sangat menekankan pada prinsip keselamatan sehingga segala upaya baik dari segi peraturan, pembangunan, operasi hingga prosedur penanganan kasus sangat ketat diarahkan pada prinsip tersebut.

Kwaku Aning juga menekankan bahwa kerja sama dalam RCA ini tidak sekedar membahas PLTN, karena nuklir juga berguna bagi bidang lainnya seperti radio isotop untuk penanganan kanker, pengembangan tanaman pangan seperti padi, sorgum dan lainnya serta pencarian air bawah tanah untuk daerah dengan krisis air.

Kepala BATAN, Hudi Hatowo, mengatakan, melalui RCA IAEA, selama ini Indonesia sudah menerima bantuan teknis berupa para ahli maupun peralatan di berbagai bidang terkait nuklir, baik di bidang kesehatan, pangan, hidrologi, industri, lingkungan dan energi.

Ditanya soal kelanjutan rencana pembangunan PLTN Hudi mengatakan, bahwa soal itu adalah domain dari Dewan Energi Nasional (DEN), sedangkan Batan tidak memiliki wewenang untuk memutuskan dan hanya bertugas mempersiapkan teknologi dan sumber daya manusia (SDM)-nya.

Ia juga menampik tudingan bahwa tenaga kerja Indonesia tidak mampu memiliki PLTN karena memiliki sifat buruk seperti bodoh, malas atau ceroboh, sebab sebuah PLTN yang berdiri akan selalu diawasi ketat dunia internasional dan harus mendapat jaminan mutu dari IAEA, termasuk persiapan SDM.

Kwako Aning sempat bertemu dengan Deputi Menristek bidang Jaringan Iptek Syamsa Ardisasmita yang mewakili Menristek sebelum berkunjung ke Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) Batan dan kemudian berkunjung ke reaktor nuklir riset Batan Siwabessy di Serpong Senin sore sebelum akhirnya menuju Bali.
(T.D009)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011