Lebak (ANTARA News) - Seni angklung buun Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, diminati warga Provinsi Bali untuk menghibur acara adat maupun pemerintahan daerah setempat.

"Kami sering mendapat undangan dari Pemerintah Provinsi Bali untuk menghibur masyarakat," kata Pimpinan Seni Angklung Buun Baduy, Rasudin, di Rangkasbitung, Selasa.

Ia mengatakan, kesenian angklung buun berkembang sudah ratusan tahun di pedalaman Baduy dan biasanya untuk merayakan panen padi huma.

Setiap kali tampil melibatkan antara 12 sampai 17 orang, diantaranya pemain angklung, pemukul kendang dan penyanyi.

Kesenian tersebut memiliki etnik adat dengan didominasi bunyian-bunyian angklung terbuat dari bambu dan kendang.

"Saat ini masyarakat kita banyak menyukai musik-musik adat karena dinilai unik dan enak didengar," katanya.

Dia juga menyebutkan, pihaknya sering kali tampil di Provinsi Bali, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta untuk menghibur masyarakat.

"Kami sekali tampil mendapat bayaran antara Rp5 sampai Rp10 juta," katanya.

Menurut dia, kesenian angklung buun merupakan bagian seni sunda karena didominasi bunyi nada angklung yang terbuat dari bambu.

Selain itu juga lagu-lagunya, seperti pileleyan, rujak gadung, buang manggu dan lainya.

"Jika warga melihat langsung seni angklung buun pasti selalu ingin goyang dan menari karena bunyian didominasi pukulan kendang," katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Budaya, Pemuda dan Pariwisata Kabupaten Lebak, Djujum mengatakan pihaknya saat ini terus membina seni budaya Baduy tersebut karena memiliki daya tarik tersendiri.

"Saya yakin seni angklung buun Baduy bisa ke pentas nasional maupun internasional," ujarnya.(*)
(U.KR-MSR/A033)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011