Paris (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton Senin mengungkapkan "kekhawatirannya yang mendalam atas situasi berbahaya" di Bahrain dalam pembicaraannya dengan rekannya dari Uni Emirat Arab (UAE), kata seorang pejabat senior AS.
"Menteri mengungkapkan kekhawatirannya yang mendalam atas situasi berbahaya di Bahrain," kata pejabat tersebut tanpa menyebutkan jati dirinya, demikian AFP melaporkan.
Dia menunjuk pada "konteks keseluruhan" peristiwa di sana, termasuk tindakan para pemrotes dan pendukung pemerintah serta datangnya kekuatan-kekuatan Teluk "yang semakin provokatif", katanya.
Dia juga meminta semua kekuatan di Bahrain agar mengekang diri, termasuk kekuatan-kekuatan Teluk Arab, dalam pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Emirat Sheikh Abdullah bin Zayed al-Nahyan, tambah pejabat itu.
Dia mengatakan "seluruh pasukan keamanan yang terlibat di Bahrain, termasuk pasukan GCC yang berada di sana, (harus) hati-hati dan menahan diri," kata pejabat itu kepada wartawan.
GCC adalah Dewan Kerjasama Teluk, yang anggotanya termasuk UEA dan Arab Saudi, yang telah mengirim pasukan keamanan ke Bahrain untuk mengatasi protes pro demokrasi.
Nahyan mengatakan kepada wartawan ketika dia memasuki pembicaraan dengan Clinton bahwa UEA telah mengirim 500 petugas polisi ke Bahrain bersama dengan pasukan keamanan Saudi dalam upaya untuk "menenangkan" situasi.
Lebih dari 1.000 tentara Saudi telah memasuki Bahrain, dimana protes anti rejim sudah berkobar selama satu bulan, kata seorang pejabat Saudi Senin, ketika para demonstran mengambilalih wilayah pusat bisnis Manama.
Bahrain, sekutu kecil, kaya minyak Amerika Serikat adalah tuan rumah markas Armada Kelima AS dan berdekatan dengan provinsi penghasil minyak Arab Saudi yang diperintah Sunni dimana Syiah juga berkeluh terhadap kepemimpinan yang tidak adil. (ANT/K004)
Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011