Jakarta (ANTARA News) - Proses metanolisis menggunakan katalis asam dan basa mampu mengubah limbah pabrik minyak goreng sawit menjadi biodiesel sesuai standar spesifikasi solar Pertamina.
Limbah atau hasil samping dari pabrik minyak goreng sawit yaitu "Palm Fatty Acid Distillate" (PFAD) atau biasa disebut Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMS) selama ini belum dimanfaatkan, kata Kepala Balai Besar Teknologi Energi BPPT Dr Soni Solistia Wirawan di Jakarta, Jumat.
Nilai ekonomi PFAD yang rendah ini, menurut dia, bisa ditingkatkan menjadi sumber bahan bakar nabati pengganti solar yakni biodiesel (metil ester) apalagi saat ini harga minyak dunia terus melonjak mendekati 100 dolar AS per barel.
Proses pembuatannya menggunakan proses metanolisis dua tahap yaitu proses esterifikasi dengan katalis asam H2SO4 dan proses transesterifikasi dengan katalis basa yaitu NaOH serta serangkaian proses pencucian dengan air panas secara bertingkat, ujarnya.
Soni menjelaskan PFAD tersusun atas asam lemak bebas yang tinggi, sisa dari pengolahan minyak sawit mentah (CPO) dari pabrik minyak goreng, dengan susunan kimia yakni asam palmitat, asam stearat, dan asam oleat.
Bentuknya yang padat pada suhu ruangan, ujarnya, menyulitkan pemanfaatannya sebagai biodiesel dengan cara konvensional.
Balai Besar Teknologi Energi telah melakukan riset untuk pemanfaatan limbah ini menjadi biodiesel dengan optimasi proses, perbandingan pereaksi dan katalis kemudian melakukan pembuatan biodiesel dari PFAD pada skala laboratorium hingga menguji karakteristiknya dan memaparkannya dalam tabel.
Katalis asam H2SO4 dipilih karena harganya lebih murah, memiliki reaktivitas yang baik, mudah dicuci, dan memiliki tingkat korosivitas yang rendah sedangkan katalis basa dipilih NaOH karena murah, tersedia dalam padatan, mudah larut dalam metanol dan air serta memiliki reaktivitas yang baik.
Dengan proses ini diperoleh biodiesel yang mengandung kadar asam lemak bebas yang tinggi serta berbentuk padat dengan kualitas yang memenuhi standar dan aman bagi mesin diesel, ujarnya.
Proses yang diteliti bersama sejumlah kolega peneliti tersebut sudah dipatenkan dan sudah dikembangkan menjadi pabrik biodiesel dengan kapasitas 100 ton biodiesel per hari, katanya.
(D009/B009/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011