Saat bermain game anak-anak cenderung tidak memperhatikan keadaan sekeliling dan membuat mereka menjadi individualis
Jakarta - (ANTARA News) - Survei UNDP (United Nation Development Program) menyebutkan Indonesia merupakan negara yang rendah minat bacanya. Laporan UNDP itu menyimpulkan rata-rata orang Indonesia hanya membaca satu judul buku atau bahkan tidak membaca sama dalam sekali satu tahun.
"Keadaan kita beda jauh dengan masyarakat Belanda yang membaca 30 judul buku dalam satu tahun. Untuk kawasan Asia, Indonesia kalah dari Thailand yang membaca 5 judul dalam satu tahun," kata Sani B. Herwaman, psikolog anak dan direktur Lembaga Psikologi Daya Insani dalam peluncuran buku "Juven Sahabat Sejati," di F Cone, FX Mall, Jakarta, Kamis (27/1).
Sani mengatakan minat baca harus ditumbuhkan sejak anak-anak lahir. "Penelitian mengungkapkan anak yang sejak lahir diajak berkomunikasi dan dibacakan cerita akan mempunyai kemampuan verbal lebih tinggi dibandingkan yang didiamkan saja," kata Sani.
Menurut Sani orang tua masa kini lebih cenderung mengajak anak-anak mereka ke mall daripada membaca buku. "Anak-anak itu juga lebih tertarik untuk bermain game atau menonton televisi daripada membaca buku. Hasilnya anak-anak tidak suka membaca buku," katanya.
Sani mengatakan bahwa untuk merangsang minat baca anak-anak usia sekolah, orang tua harus mengurangi faktor penghambat seperti game dan televisi. "Saat bermain game anak-anak cenderung tidak memperhatikan keadaan sekeliling dan membuat mereka menjadi individualis," katanya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan buku merupakan media yang sangat baik untuk melakukan transfer nilai kepada anak serta men-stimuli kreativitas, kemampuan berpikir empirik dan kemampuan linguistik anak. "Hal itu menjawab kebutuhan akan pendidikan budi pekerti selain kebutuhan akademis," katanya.
"Membaca bermanfaat untuk meningkatkan mental alertness, daya tangkap, kreativitas dan logika berpikir dan meningkatkan wawasan pengetahuan. Membaca juga menanamkan nilai positif seperti rasa empati, solidaritas, toleransi dan tolong menolong," katanya.
Menurut Sani, membaca juga bermanfaat membentuk karakter positif dan membangun hubungan emosional hangat dengan orang tua. "Hubungan itu akan terbentuk bila orang tua mengajak anak-anak mereka berdiskusi mengenai suatu topik yang dibaca," katanya.
Dia juga menyarankan orang tua agar mengajak anak-anak ke toko buku dan membiarkan mereka memilih buku sendiri.
(ENY/a038/brt)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
pengalaman pd anak pertama dg membatasi anak menonton TV 2jam/minggu dan tidak memberikan game sama sekali sejak kecil, dan hanya memberikan akses buku yg lbh banyak. dan kini sebelum masuk SD psikotest si kakak pengetahuan umum mencapai 7 (dr skala 1-7)
alhamdulillah......
Keadaan yang saya rasakan saat ini memang demikian adanya.
Masyarakat malas membaca buku bukan alasan ekonomi dan harga buku itu mahal. Buktinya kenapa game online yang amat menguras uang bisa menjamur.