"Tidak seperti apa yang ada di buku-buku pelajaran selama ini, daerah-daerah di Nusantara merupakan daerah merdeka dan berkedaulatan bukan daerah kekuasaan Majapahit," kata arkeolog Hasan Djafar yang juga penulis buku "Masa Akhir Majapahit" pada diskusi bertajuk "Majapahit: Masa Awal, Pencapaian, dan Masa Akhir" di LKBN ANTARA akhir pekan lalu.
Kekuasaan Majapahit, katanya, hanya meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura dan Bali dan saat itu ada kerajaan kuat juga di Nusantara yaitu kerajaan Melayu.
Kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya saat itu hanya sebuah kerajaan adikuasa dan disegani kerajaan-kerajaan sekitar bukan karena daerah jajahannya.
"Majapahit hanya sebuah kerajaan yang dihormati kerajaan-kerajaan sekitar karena kesuksesannya mengolah perekonomian dan menjadi contoh kerajaan-kerajaan sekitar dan saat itu Majapahit terkenal akan negara agraris ekonomis dan maritim," katanya.
Majapahit disegani kerajaan sekitar karena mampu menjaga keamanan dan kestabilisan regional dan memiliki pengaruh luas di Nusantara. Majapahit juga mempunyai kerjasama dengan Kerajaan Melayu yang dipimpin oleh Raja Adityawarman yang beribukota di Dharmawangsa (Sumatra Barat).
"Majapahit sebagai kerajaan adi kuasa berkewajiban melindungi daerah-daerah di Nusantara demi kelangsungan kerjasama regional," katanya.
Majapahit pun kerap melakukan perdagangan dengan daerah-daerah sekitar seperti Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin dan Malaka.
"Pernah ada pertukaran prasasti bernama Amoghapasa antara kedua kerajaan sebagai
simbol bentuk kerjasama," kata Hasan Djafar yang juga ahli epigrafi dan sejarah kuno
Indonesia.
Djafar juga mengemukakan pemahaman salah selama ini yang menyebutkan berbagai kerajaan lain di Nusantara memberikan upeti atau pajak ke Majapahit. "Kerajaan-kerajaan itu hanya memberikan hadiah bukan upeti dan wajar kerajaan memberikan hadiah ke negara kuat saat itu," katanya.
Ketika ditanya kebenaran sumpah amukti palapa yang dikumandangkan Gadjah Mada ketika dilantik Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi menjadi Patih Majapahit bahwa ia tidak akan memakan buah palapa sebelum menguasai nusantara.
"Itu juga salah penafsiran, mukti palapa bukan makan buah palapa tapi saya tidak akan bahagia sebelum menyatukan nusantara," katanya.
"Namun itu masih menjadi perdebatan hingga sekarang karena Gadjah Mada hanya memadamkan pemberontakan di Bali dan Dompo (Sumbawa)," katanya menambahkan.
Kerajaan Majapahit sebagai salah satu kerajaan besar pada zaman Hindu-Budha yang berkembang sejak tahun 1293 - 1519 mencapai puncak perkembangannya pada abad ke-14 pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk yang bergelar Sri Rajasanagara.
Kisah kerajaan Majapahit terdapat dalam kitab Pararaton dalam bahasa Kawi dan kitab
Nagarakertagama dalam bahasa Jawa Kuno.
Sejak zaman keemasannya kerajaan Majapahit memiliki 21 daerah yaitu Daha (Kediri),
Jagaraga, Kahuripan (Jangala, Jiwana), Tanjunpura, Pajan, Kembanjenar, Wenker,
Kabalan, Tumapel (Sinhasari, Senguruh), Sinhapura, Matahun, Wirabhumi, Kelin,
Kalingapura, Pandansalas, Paguhan, Pamotan, Mataram, Lasem, Pakembanan dan
Pawwanawwan.
(adm/B010)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010
Wilayah Sunda itu bekas keuasaanya Sriwijaya di sumatera, sebelumnya bekas wilayah autonomus Mataram Kuno atau Medang di Jawa timur Rival Sriwijaya.
Sriwijaya dan Medang berperang 15 tahun untuk memperebutkan Tanah sunda. Tanah sunda itu baru lepas atau Independen di Jaman Majapahit karena Raja sunda setuju wilayahnya dipakai sebagai salah satu Pelabuhan expedisi.
600 tahun sebelum Majapahit lahir orang Sunda gk mau wilayahnya dipakai kerajaan lain, makanya di rebut2 tanahanya. Lah namanya Zaman dulu daerah Strategis pasti jadi medan perang dan rebutan.