Camat Cipatujah, Nazjmudin Aziz, mengatakan upacara adat tersebut digelar setiap tahunnya sebagai ucapan syukur masyarakat pesisir pantai Desa Sindangkerta.
"Ini sebagai upacara mapag taun mensyukuri hasil bumi, yang selalu digelar masyarakat sini setiap tahunnya," kata Aziz.
Upacara adat tersebut, kata Aziz tidak dilakukan dengan cara membawa hasil bumi ke tengah lautan, melainkan sebaliknya masyarakat hanya mengumpulkan dan mempertunjukan hasil bumi dalam pagelaran upacara adat Hajat Lembur.
Masyarakat membawa hasil bumi itu, dijelaskan Aziz, dengan hiasan Jempana atau rumah buatan dari kayu dan bambu yang dihiasi berbagai hasil bumi diantaranya sayur-sayuran.
"Masyarakat Sindangkerta dalam upacara ini hasil buminya tidak dibawa ke laut, tapi dibagi-bagikan kepada masyarakat, dengan menggelar makan bersama nasi tumpeng," katanya.
Ia menerangkan pagelaran Hajat Lembur tersebut sebagai tindakan nyata menciptakan kebersamaan saling berbagai sesama umat manusia.
Dijelaskan Aziz sebelumnya masyarakat Sindakerta terdahulu menggelar upacara Hajat Lembur itu agar hasil panen dapat dinikmati oleh semua masyarakat khususnya masyarakat yang mengalami gagal panen.
"Dulu ketika masuk musim panen itu, tidak semuanya masyarakat berhasil panen, nah ini yang berhasil memberikan hasil panen kepada yang tidak berhasil, sebagai wujud saling membantu sesama," kata Aziz.
Sementara rangkaian pagelaran Hajat Lembur diawali dengan penampilan seni helaran, pentas seni daerah, seperti tarian, musik khas kesundaan dan pencak silat.
Hajat Lembur yang berakhir menjelang siang itu dihadiri masyarakat lokal maupun pengunjung wisatawan dari luar daerah, dalam dan luar kota Tasikmalaya.
"Acaranya alhamdulilah meriah, dipadati masyarakat dari berbagai daerah, apalagi sekarang bertepatan dengan liburan tahun baru," katanya.
(U.KR-FPM/Y008/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011