Beruntung, industri film kondang berbahasa Hindi masih memunculkan sutradara baru yang tak gentar menembus batas guna menyapa penonton.
Industri film terbesar di India itu, mulanya diperkirakan bakal mengubah keberuntungannya pada 2010, setelah 12 bulan sebelumnya menghadapi kesuraman akibat dampak dari krisis ekonomi global, pemogokan produser dan kekhawatiran terhadap flu babi.
Segelintir film utama memang meraih keberhasilan, tapi banyak pujian justru mengalir ke produksi yang lebih kecil yang diawaki oleh sutradara muda, "casting" yang relatif tak terkenal dan naskah yang inovatif.
"Ini (2010) menjadi tahun kemerosotan, sebab hanya selusin film meraih box office," kata pengulas Bollywood Vinod Mirani, sebagaimana dikutip wartawan AFP, Shail Kumar Singh.
"Kebanyakan film gagal di tingkat naskah, sebab penonton langsung menolaknya," kata Singh.
Di antara kekecewaan terbesar adalah film "Kites", drama romantis yang dibintangi oleh Hrithik Roshan dan Barbara Mori, dan "Raavan", adaptasi longgar dari kisah Ramayana India, yang menampilkan pasangan suami-istri Abhishek Bachchan dan Aishwarya Rai Bachchan.
"Khelein Hum Jee Jaan Sey" (Perjuangan Kebebasan), film yang berkisah tentang potongan masa yang dilandasi atas pemberontakan terhadap kekuasaan kolonial Inggris yang dibintangi oleh Abhishek Bachchan dan Deepika Padukone juga mengecewakan, begitu juga dengan film Hrithik Roshan-Aishwarya Rai Bachchan "Guzaarish".
Film epik Salman Khan "Veer", komedi "No Problem" yang menampilkan Sanjay Dutt dan komedi retro "Actiona Replayy" dengan Akshay Kumar serta Aishwarya Rai juga diterima penonton dengan buruk.
"Bagian yang paling menyedihkan ialah banyak film besar kelihatan sangat bagus dalam bentuk usul tapi dalam kenyataan, film tersebut terjerembab di box office," kata pengulas perdagangan Komal Nahta.
Tokoh industri mengenai bagaimana Bollywood sesungguhnya dan bagian lain sinema India diperkirakan takkan berkibar sampai tahun depan tapi petunjuk mengenai penampilan yang tak bersemangat kembali mencuatkan keprihatinan tentang standar penulisan naskah.
Sejumlah film memang mampu meraih kegemilangan, termasuk film aksi-komedi-asmara Salman Khan "Dabangg" (Tak Kenal Takut), ditambah film "Golmaal 3", yang dibintangi Ajay Devn, dan "Once Upon A Time in Mumbaii" --yang juga menampilkan Ajay.
Drama-kejahatan-aksi "Raajneati" (Politik), komedi "Housefull" dan komedi romantis "I Hate Luve Storys" juga meraih keberhasilan.
Film fantasi sains-fiksi megastar India Selatan Rajinikanth "Endhiran" (Robot) mencatat keberhasilan besar saat akhir peluncuran, dengan mengantungi 21 juta dolar AS.
Film Shah Rukh Khan "My Name Is Khan" --yang dipuji oleh pembuatnya sebagai film global pertama Bollywood-- mencatat keberhasilan lain, kendati film itu lebih berkibar di luar negeri ketimbang di India.
Semua film tersebut ditimpali oleh film yang diproduksi Aamir Khan "Peepli" (Live), satire tajam mengenai ketegangan antara desa dan kota India, dan "Tere Bin Laden" (Tanpa Kau Bin Laden), kisah jenaka mengenai seorang petani yang memiliki dua kehidupan sebagai orang paling dicari di dunia.
"Love Sex Aur Dhokha" (Cinta, Seks, Pengkhianatan) memicu kontroversi dengan penampilan seks, bugil dan orang yang suka memandang gambar porno, sementara komedi "Phas Gaya Re Obama" (Obama Terjebak) menarik minat penggemar sebelum kunjungan presiden AS itu ke India pada November.
Nikhat Kasmi, pengritik film di surat kabar Times of India, mengatakan keberhasilan film kecil itu "mengejutkan".
"Semua yang mereka miliki adalah kisah masuk akal yang diceritakan dengan cara masuk akal dan peka. Semua film tersebut menghampiri penonton dengan IQ dan EQ (emotional quotient) dan mendapat pujian seketika karena terbebas dari rumus itu," tulis Nikhat pada pekan keempat Desember.
"Tua bukan lagi emas di satu industri tempat profil penonton telah berubah drastis dan telah diambil-alih oleh pemuda yang menyukai drama mereka saat ini, kontemporer dan sepenuhnya segar," katanya.
Seorang produser film yang berpengalaman sependapat. Ia menyeru semua studio untuk menanam lebih banyak modal dalam penulisan naskah yang berkualitas.
"Mereka cuma memburu aktor besar dan nama besar dan bukan mengejar naskah. Mereka mesti menanam lebih banyak modal pada para penulis dan cerita yang bagus daripada aktor dan sutradara besar," kata produser tersebut, yang tak ingin disebutkan jatidirinya.
(Uu.AFP/C003/T010/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010