Jakarta (ANTARA News) - Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya akan mewajibkan mahasiswanya belajar teknik pemasaran (marketing) selain penguasaan teknologi sehingga penemuan (inovasi) yang sudah tercipta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
"Inovasi yang kami ciptakan di bidang teknologi tidak kalah dengan perguruan tinggi lainnya termasuk di luar negeri, tinggal penerapannya saja," kata Rektor ITS, Prof. Ir. Priyo Suprobo, MSc, PhD saat dihubungi ANTARA, Rabu.
Priyo Suprobo mengatakan, ITS merencanakan mencetak mahasiswanya tidak saja kreatif dalam menciptakan inovasi teknologi terkini tetapi juga mampu berkreasi di bidang marketing.
ITS juga terbukti telah menciptakan inovator handal yang produknya sudah banyak diaplikasikan di Indonesia, seperti Ir. Ryantori dan Ir. Soetjipto yang keduanya berhasil menemukan konstruksi sarang laba-laba yang telah teruji kehandalannya.
Produk mereka saat ini sudah diaplikasikan pada berbagai proyek seperti bandara udara, hunian bertingkat, bahkan untuk konstruksi jalan yang alamnya ekstrim.
Menurut Bupati Simelue, Darmili, salah seorang pejabat pemerintah yang telah membuktikan kehandalan teknologi produk alumnus ITS itu. "Produk mereka terbukti handal di kawasan-kawasan yang sering terkena gempa bumi seperti di Aceh, Padang, serta daerah lainnya," katanya.
Ryantori sendiri pernah mengatakan, agar mahasiswa ITS selain dapat berkreasi dengan temuan mereka juga harus mampu memasarkan sendiri karya mereka.
"Kalau tidak dari kita sendiri yang berusaha, maka siapa lagi yang akan memperkenalkan hasil inovasi. Apalagi kalau saya lihat hasil temuan mereka saat ini jauh lebih maju," katanya.
"Entrepreneur"
Menurut Rektor ITS, Prof. Ir. Priyo Suprobo, MSc, PhD, selain penguasaan teknik pemasaran, alumnus ITS harus mampu menjadi entrepreneur (pengusaha) handal.
"Kami ingin mencetak entrepreneur dari hasil inovasi mereka, agar nantinya tidak menjadi temuan yang disimpan di perpustakaan saja," kata Priyo lagi.
Priyo mengatakan, ITS akan memberikan penghargaan kepada ahli di bidang marketing Hermawan Kartajaya karena telah berjasa dalam memberikan motivasi kepada seluruh civitas akademisi agar temuannya dapat diterapkan di dunia luar.
Priyo mengatakan, inovasi yang berhasil diciptakan di ITS sebenarnya sangat mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tinggal kini dukungan dari pemerintah maupun pengusaha.
Dia menunjuk teknologi pesawat tanpa awak yang justru mendapat penghargaan dari pemerintah Kerajaan Inggris, kemudian juga mesin pemerah susu yang harganya hanya Rp15 juta lebih murah dibandingkan mesin serupa dari luar negeri yang harganya mencapai Rp50 juta.
Padahal kalau pemerintah membuat regulasi serta inovasi ini diadopsi BUMN maupun kalangan swasta maka Indonesia tidak akan tergantung kepada produk impor, ujar dia.
Priyo Suprobo juga menunjuk sejumlah teknologi yang berhasil diciptakan mahasiswa ITS seperti kursi roda yang dapat diperintahkan hanya dengan menggunakan isyarat mata sehingga akan sangat bermanfaat bagi para penderita stroke.
Kemudian, juga kemampuan dalam membuat lokomotif dan gerbong kereta api, sebenarnya tidak perlu harus impor asalkan kami mendapat dukungan dari pemerintah dan pengusaha dalam hal ini PT INKA, BUMN produsen peralatan kereta api, jelas Priyo Suprobo.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kuliah umum di ITS meminta kepada civitas akademisi untuk "mengamuk` (membabi buta) dalam pengembangan teknologi.
"Kalau inovasi meningkat dengan menyatukan seni, kreasi, dan teknologi, maka industri kreatif dan seni kreatif akan meningkat, sehingga kemajuan negara kita akan cepat tercapai," ujar Presiden.
Presiden juga mengharapkan ITS dan ITB mampu menjadi institut teknologi seperti "Massachusetts Institute of Technology" (MIT) di Amerika. (G001/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010