Pangkalpinang (ANTARA News) - Sekitar 50 persen terumbu karang di Provinsi Bangka Belitung (Babel) rusak akibat sedimentasi lumpur yang berasal dari aktivitas penambangan timah di perairan provinsi kepulauan berpenduduk 1,2 juta jiwa itu.
Ketua Tim Eksplorasi Terumbu Karang, Universitas Bangka Belitung (UBB), Indra Ambalika di Pangkalpinang, Minggu, menjelaskan kerusakan terjadi akibat terumbu karang tertutup lumpur terkait kegiatan kapal isap dan tambang inkonvensional (TI) apung yang terus menyedot timah di wilayah perairan.
"Dari hasil kesimpulan penelitian pada 30 titik wilayah perairan Pulau Bangka dan Belitung mulai 2007 hingga 2010, sebanyak 50 persen terumbu karang mengalami kerusakan akibat tertutup lumpur sebagai dampak beroperasinya kapal isap dan TI apungh serta diperparah pengeboman ikan di perairan kedua pulau tersebut," kata Dosen Fakultas Pertanian, Perikanan, Biologi UBB tersebut.
Ia menjelaskan, kerusakan terumbu karang di perairan Pulau Bangka, lebih banyak disebabkan aktifitas penambangan timah oleh kapal hisap, kapal keruk dan TI apung, yang melakukan eksplorasi timah dengan merusak habitat yang ada didalamnya termasuk terumbu karang.
"Kerusakan terjadi diperairan Jebus seperti ketap, pantai bembang, Bangka Barat, Teluk Kelabat Kabupaten Bangka yang telah dilakukan penambangan timah puluhan tahun, demikian juga perairan tanjung Kerasak di Bangka Selatan dan Bangka Tengah," kata Indra.
Sementara itu, kata dia, untuk di Belitung selain kapal isap dan TI Apung juga dampak pengeboman ikan, seperti di Tanjung Binga dan Buku Limau, sehingga terumbu karang yang menjadi habitat ikan menjadi rusak, selain itu disebabkan kedangkalan pantai tersebut sehingga terumbu karang tidak berkembang biak dengan baik.
Ia mengatakan, sedimentasi lumpur tersebut menyebabkan terumbu karang tertutup lumpur dan mati, yang berganti dengan makro alga, dan jika terus menerus dibiarkan daerah tersebut akan menghadapi bencana pangan dan ekologi akibat langkanya berbagai jenis ikan karena habitatnya telah dirusak.
"Kerusakan terumbu karang berdampak pada turunnya produksi ikan tangkap nelayan, karena semakin kecil ukuran ikan yang tertangkap semakin jauh daerah penangkapan ikan, hal ini mengakibatkan meningkatnya biaya produksi nelayan dan menyebabkan rendahnya pendapatan nelayan kecil dan harga ikan mahal," kata Indra.
Ia menjelaskan, upaya penanggulangan kerusakan ekosistem terumbu karang dapat dilakukan dengan mengembangkan teknik transplantasi karang melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan atau menciptakan habitat baru pada lahan kosong.
"Melalui upaya transplantasi diharapkan mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak dan bisa membangun daerah terumbu karang sebagai habitat ikan dan makhluk hidup lainya.
Ia mengatakan, yang paling penting adalah kepedulian masyarakat Bangka dan Belitung untuk menjaga kelestarian terumbu karang dengan tidak melakukan kegiatan yang mengakibatkan erusakan terumbu karang, seperti aktivitas penambangan di perairan dan melakukan pengeboman saat mencari ikan.
(ANT-040/I013/S026)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010