Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, mengatakan bahwa menganggarkan sekira Rp 150 triliun untuk pengadaan dan pemeliharaan, serta perawatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang sebagian besar diambil dari Rencana Pembangunan Menengah Nasional 2010-2014.
"Dari jumlah tersebut sebesar Rp100 triliun diambil dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau RPJMN 2010-2014," kata Purnomo kepada pers, di Istana Wapres Jakarta, Rabu.
Hal tersebut dikemukakan usai dirinya menerima penghargaan Cinta Karya Bangsa dari Wapres Boediono, yang juga dihadiri oleh Menperind MS Hidayat, Menteri ESDM Darwin Saleh serta sejumlah pejabat instansi/kementrian serta direktur BUMN.
Menurut menhan, sisanya sebesar Rp50 triliun diharapkan bisa diperoleh oleh kementriannya apabila ekonomi Indonesia ke depan tumbuh dengan baik.
Dirinya mengakui, dana sebesar Rp 50 triliun tersebut masih belum bisa terakomodasi tapi dirinya masih akan terus memperjuangkan. "Belum, sekarang lagi kita perjuangkan," katanya.
Alutista yang akan dibuat di dalam negeri dari anggaran Rp 150 triliun tersebut meliputi fregat, juga fast patrol boat. Untuk di perairan Indonesia barat, TNI AL tidak mengembangkan kapal ukurang besar, sehingga bisa dibuat di dalam negeri.
"Kita lengkapi dengan rudal, persenjataan modern. Kalau yang untuk Indonesia timur memang besar-besar. Seperti fregat itu kita bangun di Surabaya. Mudah-mudahan akhir tahun kita bisa mendeklarasikan untuk membangun kapal selam di Indonesia juga di PT PAL," kata Menhan.
Hal yang menarik dalam pembuatan alutista tersebut adalah semua tenaga yang mengerjakan adalah tenaga Indonesia sehingga bisa menciptakan suatu lapangan kerja dan memiliki dampak berantai yang luas.
"Satu fregat bisa menyerap sekitar 2.000 tenaga kerja jadi kalau dua fregat bisa menyerap dua kali lipat tenaga kerja. Belum lagi dampak ekonomi lainnya," kata Purnomo.
Untuk itu, tegasnya, dirinya tetap memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri dalam pembuatan alutista.
(ANT/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010